Selamat Datang Di Blog KRISANTUS M. KWEN

Senin, 25 April 2016

HAKEKAT SOSIAL DALAM ‘DOA MAKAN’


Memandang lukisan Br. Othmar Jessberger SVD 

(Krisantus M. Kwen)     
                                                      

 

Pendahuluan

Kekuatan Gambar telah mempengaruhi manusia sedemikian hebatnya di abad informasi dan teknologi sekarang. Televisi sebagai wakil dari media peradaban pun tunduk pada kekuatan image ini. Dengan adagium “A picture is worth a thousand words”, televisi merancang strategi sosial media marketing untuk bisnis[1]. Dengan konteks demikian membawa konsekuensi pada karya pastoral agar pewartaan harus memperhitungkan pendekatan media melalui gambar. Gambar bukan saja sanggup mendorong hasrat manusia untuk memilih produk tertentu dari iklan, melainkan menampilkan relasi-relasi tersembunyi dari pergumulan manusia. 


Seow Choon Leong sebagai penafsir historis atas gambar-gambar apokaliptik Daniel 7[2] telah memberikan penafsiran dengan menghubungkan monster-monster dengan kekuatan-kekuatan imperialistik yang ada pada jaman ketika Kitab Daniel ini ditulis. Di sana diungkapkan relasi-relasi konteks sosial-Politik yang melingkupinya. Keadaan demikian tetap kontekstual hingga sekarang bahwa karya-karya monumental dapat membuka wawasan seseorang atau komunitas sekalipun berupa gambar fantasi dalam mimpi Daniel ke dalam wujud lukisan oleh pelukis Popok Tri Wahyudi[3]



  Gambar-gambar Fantasi yang diterjemahkan ke dalam lukisan Popok Wahyudi telah memungkinkan kita untuk meretas kearah pesan yang tersembunyi diantara relasi-relasi yang tersembunyi antara manusia dan kekuatan-kekuatan yang konstruktif (membangun) maupun kekuatan perusak (destruktif) didalam dirinya. Pesan-pesan ini mau kita ungkapkan dalam relasi manusia jaman sekarang sesuai hakekat panggilan manusia Kristen dalam fungsi sosialnya.


Lukisan "DOA MAKAN" karya Bruder Othmar mengundang orang untuk merenung
            Sebagai seorang anggota Serikat Sabda Allah (SVD), Buder Othmar adalah pribadi Misionaris. Seorang Misionaris sejati adalah sanggup menyelami kehidupan dan bahkan kematian (penderitaan) sekalipun. Karunia Pelukis yang ada dalam dirinya dia abdikan bukan hanya sebagai sebuah karya seni, dari ungkapan pergumulan bathinya terhadap kehidupan sosial kemasyarakatan, melainkan karya untuk kemanusiaan. Ia yang berkarya di berbagai tempat pelayanan serikat SVD telah menyaksikan dan merenungkan kehidupan sesamanya. Bruder kelahiran Trennfeld, Jerman ini paham betul apa artinya makan makanan yang disediakan diatas meja. 


Beliau yang menerima perutusan di perkebunan misi ini, paham betul apa artinya perbendaharaan makanan. Bukan hanya karena beliau yang mengatur karya di perkebunan milik anggota serikat Sabda Allah di tempat-tempat Misi, baik Pastoral Paroki, Pendidikan, dan Karitatif lainnya, namun lebih dari itu Bruder Othmar Jessberger paham betul relasi-relasi manusia yang memiliki ikatan spiritual[4] dalam kehidupan disekitarnya. Sebagai sang Misionaris Bruder Paham betul penderitaan sesamanya akibat dari perbuatan manusia yang tidak bertanggung jawab. Hutan yang rusak, lingkungan yang tercemar, gagalnya panen, maupun mentalitas pemalas, budaya santai dan litani kehidupan lainnya. 


Sebagai seorang religius yang berkarya di perkebunan, dia paham betul apa artinya menanam, menyiangi, merawat dan memanen. singkatnya Bruder Othmar menghargai kehidupan petani. Lingkaran kehidupan telah mengitarinya dan dia sanggup membahasakan dalam lukisan. Memandang Lukisan DOA MAKAN, mengajak kita untuk merenung peran kita, perhatian kita untuk bersolider.

Hakekat sosial sebagai Panggilan Kristiani
Pokok Ajaran Sosial Katolik adalah hakekat sosial manusia yang hidup dalam hubungan dengan sesama dan segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah. Ajaran Sosial Katolik menyatakan bahwa seluruh tradisi Katolik memberikan kesaksian akan hakekat sosial manusia[5].


Dalam Ajaran sosial Katolik tersebut terdapat dimensi kehidupan yang harus kita sadari sebagai panggilan pelayanan untuk sesama (Bonum commune). Tradisi Katolik tersebut mengajak kita untuk memberi kesaksian akan hakekat sosial manusia. Kita semua adalah bersaudara justru karena kita adalah ciptaan Allah. Kesamaan dihadapan Allah ini tidak membuat manusia harus dipisahkan karena status sosial, warna kulit, berbeda bahasa, berbeda budaya, dan bahkan agama sekalipun.  


Dimensi ikutan sebagai akibat dari Fungsi Ajaran Sosial Katolik tersebut adalah  perkembangan Pribadi manusia. Tidak ada persaudaraan dan relasi sosial tanpa adanya kebaikan manusia. Perjumpaan, perhatian, bantuan dan aksi sosial lainnya menyebabkan kita menjadi bagian dari keluarga masyarakat. Melalui keluarga ini setiap pribadi mengembangkan cita-cita. Di sana ada pembinaan, dan tentunya ada harapan untuk membentuk masyarakat secara bertanggung jawab. Karena keluarga menerima, mendidik, menanggung kita, dan menerima kita apa adanya[6]


Misi Kita adalah Aksi nyata!
Lukisan DOA MAKAN memiliki sarat makna. Disana ada anggota keluarga di meja makan dan mereka sedang berdoa. Ketika Doa didaraskan, mereka diingatkan akan sama saudaranya yang sedang kelaparan dan meminta-minta, mereka mengingat sesama manusia dibelahan wilayah lainnya yang ditimpa bencana dan berada di tempat pengungsian. Ketika doa dipanjatkan, mereka ingat akan jerih payah petani yang menghasilkan bulir padi yang menjadi santapan mereka sekarang. 


Jeritan penderitaan sesama adalahh jeritan hati kita. Kita diajak untuk bersolider dengan mereka yang menderita. Kita memang telah bersatu dalam doa. Namun itu tidak cukup. Kekuatan yang telah menyatuhkan kita akan mendorong kita untuk keluar dari kemapanan hidup kita dan beranjak untuk melayani sesama menurut profesi dan kemampuan kita. Karena spiritualitas itu telah memampukan kita untuk sanggup bekerja dan berkarya bagi diri, sesama, dan alam semesta yang Allah percayakan kepada kita. 


Dalam lukisan itu, Bruder Othmar Jessberger telah melecuti kita dengan tidak bermasa bodoh. Naluri kita dibangkitkan ketika kita cuek akan sesama. Meminjam istilah Pater John Mansford Prior, ketika kita goyah dan goyang[7] kita menggumuli kenyataan sosial kita dengan bantuan sebuah media berupa gambar. Gambar akan menceritakan kehidupan kita. Kita membutuhkan media untuk mengingatkan kembali memori-memori hidup yang mungkin bisa jadi karena kesibukan dan masa bodoh membuat kita buta akan kenyataan social kita.


Penutup: Kesimpulan 
Litani Peristiwa kehidupan dalam gambar DOA MAKAN karya Bruder Othmar Jessberger, SVD memberikan kita pesan yang penuh makna :
1.  Kita membutuhkan gambar dan membutuhkan fantasi serta imajinasi dalam membangkitakan pengalaman bersolider. Kita terlalu lama untuk masa bodoh terhadap realitas social yang membutuhkan perhatian dan aksi kita[8]


2.  Fantasi akan gambar peristiwa kehidupan dalam Lukisan DOA MAKAN akan membangkitkan ingatan harapan dan cinta kasih terhadap sesama
3.  Pengalaman bersolider mengingatkan manusia akan sisi lemah manusia. Tuhan mengingatkan kita untuk saling melengkapi dan tolong menolong
4.  Masing-masing fantasi dalam Lukisan DOA MAKAN memiliki karakter dan kekhasan manusia. Mendalami cerita dan peristiwa membuat kita sadar akan kekuatan dan kelemahan kita sendiri agar kita pasrah dan berharap akan campur tangan Allah. 

5.   Solider akan penderitaan dan solider akan jasa orang lain membuat kita menghargai hidup. Kita dipanggil karena kemanusiaan kita sebagai ciptaan dan citra Allah. Dihadapan Allah kita sama. Bukan karena warna kulit, bukan karena berbeda budaya, bukan karena status sosial juga bukan karena berbeda agama, melainkan kita satu keluarga Allah.



DAFTAR KEPUSTAKAAN


1.      Setio, Robet, Fantasi dalam Apokaliptik Daniel 7, Jurnal Ledalero, Vol.9 No.1, Juni 2010
2.      Prior, Mansford John, Daya Kekuatan Fantasi : Sebuah tanggapan untuk Robet Setio, Jurnal Ledalero, Vol.9 No. 1, Juni 2010.
3.      E. Curran, Charles, Ajaran Sosial Katolik : BURUH, PETANI, DAN PERANG NUKLIR, (Yogyakarta, Kanisius, 2007)
4.      http://emcoach.com/kekuatan-gambarfoto-mewakili-ribuan-kata-berlaku-juga-di-sosial-media.html
5.      Br. Othmar Jessberger, SVD, Lukisan Doa Makan (Ledalero)


[1] Bisnis nirlaba seperti Facebook, Google+ & Twitter,  foto atau gambar harus dijadikan sebagai konten yang rutin di salurkan lewat sosial media. Ada 5 paparan foto/gambar untuk konten sosial media marketing bisnis yakni 1). Rutin mengganti foto Profil (bisa juga disertakan logo atau produk Anda dalam foto tersebut). 2). Tampilkan testimoni beserta foto produk. 3). Buat foto stream dari beberapa foto di Flickr atau media foto sharing lainnya.        4). Ajak teman/fans/follower ikut memberikan kontribusi foto tentang produk. 5). Foto dari event, kejadian sehari-hari, hal lucu & menarik, juga bisa Anda selipkan untuk menambah otentisitas bisnis Anda
[2] Bdk Robert Setio, “Fantasi dalam gambar Daniel 7” dalam Jurnal Ledalero Vol 9 No.1 Juni 2010, hal 99.
[3] Ibid, hal 109
[4]  Spiritual dimengerti sebagai kehidupan rohani. Ikatan emosional ‘rohani’ yang mengingatkan kita akan sesama kita. Ketika kita makan, kita ingat akan orang lain. Bersatu dalam kenangan.
[5] Charles E. Curran, Ajaran Sosial katolik, 1891- Sekarang : Buruh, Petani, dan perang Nuklir, Yogyakarta, Kanisius, 2007, hal 197.
[6] Ibid.hal 199
[7] Bdk John Mansford Pior, Daya Kekuatan Fantasi : sebuah tanggapan untuk Robert Setio, Jurnal Ledalero, Vol.9 No.1, Juni 2010, hal.124
[8] Ibid.hal.128.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar