Selamat Datang Di Blog KRISANTUS M. KWEN

Jumat, 30 Juni 2017

MEMBIDIK FLORES TIMUR SEBAGAI KABUPATEN PENYANGGA KELAUTAN DAN PERIKANAN PROPINSI NTT



Gambar 1: Kontingen Final Sayembara Ayo Bangun NTT (SABN) yang mewakili Flores Timur, berasal dari Desa Waiburak Adonara Timur berpose setelah mengikuti apel hari Pancasila 1 Juni 2017 di lapangan Pancasil, Ende. SABN diselenggarakan oleh Yayasan Tunas Muda Indonesia yang dipimpin Bapak Melki Laka Lena. 


PENGANTAR 

Derap pembangunan di wilayah Indonesia Timur terus berlanjut di erah pemerintahan Jokowi. Segenap potensi daerah terus dikembangkan baik di darat maupun di laut. Jika provinsi NTT termasuk di dalam wilayah provinsi kepulauan di Indonesia, maka itu menandakan bahwa wilayah laut di NTT sangat luas jika dibandngkan dengan luas daratan. Kondisi ini adalah berkat dari Tuhan sekaligus potensial yang perlu dikembangkankan. Sejak tahun 2005 isu propinsi kepulauan telah didengungkan dan NTT termasuk di dalam enam wilayah potensial tersebut bersama Maluku, Maluku Utara, Sulawesi Utara, Kepulauan Riau dan kepulauan Bangka Belutung. 

MENDUKUNG NTT PROPINSI KEPULAUAN

Enam provinsi yang bergabung ke dalam kelompok provinsi kepulauan tersebut berdasarkan gagasan, yakni kecilnya dana alokasi umum (DAU) dan dana alokasi khusus (DAK) yang diberikan pemerintah. Sebab, perhitungannya berdasar pikiran continental yaitu penentuan formulanya hanya memperhitungkan luas wilayah daratan dan jumlah penduduk. Sedangkan apabila diperlakukan khusus bisa memperoleh DAU dan DAK yang lebih besar hingga meningkat 75 persen. Jika perhitungan berdasarkan perlakuan khusus maka dana potensial berdasarkan luas wilayah laut akan sangat membantu mempercepat tingkat kesejahteraan masyarakat NTT tentunya. 

Dengan luas wilayah laut di NTT sendiri mencapai 200.000 km2, maka wacana provinsi kepulauan tersebut harus disambut dengan antusias sekaligus dengan strategis pencapaian yang maksimal oleh pemerintah provinsi NTT maupun segenap stakeholder, baik oleh masyarakat nelayan dan pesisir maupun oleh lembaga-lembaga non government yang memiliki kepedulian yang tinggi akan wilayah laut di NTT. 
Gambar 2: Berpose di depan patung Soekarno di samping pohon Pancasila (Pohon sukun 5 cabang), Ende, 1 Juni 2017.


Perlu disebutkan bahwa Dari 200.000 km2 wilayah perairan NTT ini, yang baru digunakan menjadi sumber potensi bagi pendapatan baru mencapai 38%. Pemerintah NTT dibawa kepemimpinan Drs. Frans Leburaya dalam tahun 2014-2015 memberikan bantuan hiba 185 unit kapal penangkap ikan kepada para nelayan NTT. Diharapkan dengan bantuan hiba tersebut, maka potensial perikanan di NTT dapat digunakan secara maksimal.

NTT adalah Wilayah Potensial Perikanan

Perkembangan perikanan NTT didukung oleh potensi panjang garis pantai ± 5.700 Km dan luas laut mencapai 15.141.773,10 Ha. Potensi yang mendukung sektor perikanan adalah Hutan Mangrove seluas ± 51.854,83 Ha (11 Spesies), terumbu karang sebanyak ± 160 jenis dari 17 famili, 42.685 rumah tangga perikanan, 808 Desa/Kelurahan pantai, jumlah 1.105,438 jiwa penduduk pantai, 194,684 orang nelayan (± 9,9 % dari jumlah Penduduk Desa Pantai) (BPS, NTT Dalam Angka Tahun 2012). Sumber daya laut sangat potensial untuk perikanan tangkap dan budidaya dengan arah pengembangan masing-masing yaitu: Kawasan peruntukkan perikana tangkap, perikana budidaya dan pengolahan ikan tesebar diseluruh Kabupaten/Kota; pengembangan kawasan minapolitan untuk perikanan tangkap dan perikanan budidaya di Kabupaten Suba Timur, Sikka, Lembata, Rote Ndao, Alor, Kota Kupang, dan pengembangan komuditas garam rakyat di Kabupaten Nagekeo, Ende, Kupang Tengah Utara, Kupang, lembata, dan Alor.
Gambar 3: Orang tua angkat kami selama kegiatan di Ende, Bapak Cosma Ketu sekeluarga. 


Kabupaten Flores Timur menyimpan potensi sumber daya laut yang sangat menjanjikan. Laporan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP Flotim 2011), 13.215 ton/Tahun. Ikan Cakalang merupakan komoditas andalan Flores Timur sejak tahun 80-an. Selain potensi budidaya yang telah dikembangkan di wilayah Flores Timur yakni, Kabupaten Flores Timur: Teluk Konga, Teluk Lebateta, Selat Solor, Perairan Nayu Baya, Baniona. 


konsep Perikanan Menuju esejahteraan rakyat 

Harus diakui bahwa ada dua wilayah potensial yang menjadi andalan pengeloaan wilayah perikanan yang menjadi primadona di NTT khususnya dan di Indonesia umumnya berdasarkan sumber dari Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi NTT & BPS Provinsi NTT dalam tahun 2013.  Sumber potensial yang harus diberdayakan secara maksimal yakni, pertama, potensi perikanan tangkap berupa potensi lestari (MSY) sumber daya ikan di perairan NTT mencapai 388.700 Ton/Tahun dengan jumlah tangkap yang diperbolehkan (JTB) mencapai 292.200 Ton/Tahun, sementara tingkat pemanfaatan baru sekitar 34,97% JTB. Kedua, luas lahan potensial untuk budidaya rumput laut seluas 51.870 Ha atau 5% dari garis pantai, dengan potensi produksi sebesar 250.00 Ton Kering/Tahun. Potensi cukup besar baru dimanfaatkan tahun 2010 baru seluas 5.205,70 Ha dengan produksi 1,7 Juta Ton rumput laut basah. Potensi lahan untuk perikanan budidaya air payau seluas 35,455 Ha baru dimanfaatkan sekitar 1.039,80 Ha pada tahun 2012, dan budidaya air tawar yang meliputi kolam air tawar seluas8,375 Ha dengan tingkat pemanfaatan baru mencapai 1.521,00 Ha.
Foto 4: Bersama  Kakan Kemenag Kab. Ende, Bapak Piet Pedo Beke.


Jika memperhatikan sebaran wilayah potensial yang belum maksimal digunakan dalam menyokong pembangunan di Flores Timur pada khususnya dan NTT pada umumnya, maka ada tiga strategi yang harus diperhatikan oleh pemerintah Propinsi NTT di bidang perikanan, yakni. Pertama, untuk meningkatkan luas lahan budidaya produksi rumput laut dilaksanakan secara intensif dengan melibatkan masyarakat dan swasta. Strategi ini untuk menciptakan jalur perdagangan yang progresif sesuai dengan tingkat kebutuhan pasar terhadap komoditi hasil budidaya rumput laut. Kedua, meningkatkan sarana dan prasana perikanan tangkap dengan memperhatikan secara simultan progress dari piramida simbiosis antara penyediaan sarana dengan potensi pendukung proses penangkapan sampai dengan wilayah pemasaran. Hasil survey WWF-Indonesia di Flotim Februari  tahun 2013, ditemukan bahwa jumlah armada bertambah dan berbanding terbalik dengan kesediaan ikan umpan.  Armada Pole and Line mencapai 70 buah dan purse seine mencapai 68 armada. Laju perkembangan armada  penangkapan ini sangat tidak diimbangin dengan ketersediaan ikan umpan (data DKP Flotim 2012).

Laju penambahan armada penangkapan ikan Laut di NTT harus diakui cukup signifikan untuk setiap wilayah kabupaten. Jika diperkirakan dengan angka minimal 50 buah armada bantuan hiba, maka jumlah jumlah armada laut bantuan pemerintah diperkirakan mencapai 1.500 buah kapal dan titambah dengan 500 buah kapal rakyat maka jumlah armada tangkapan di perairan NTT NTT berkisar sekitar dua ribuh armada laut yang beroperasi di perairan NTT. Lantas pertanyaan menyentak kepada kita adalah jika penambahan armada begitu fantastis, tetapi angka laju pendapatan dan eksplorasi kita masih dibawah 50 %? Apa yang salah dalam pengelolaan? Perlukah dievaluasi kembali sistim pemberian bantuan sejak dari hilir sampai ke hulu? Sejak dari sistim identifikasi kelompok, penentuan prioritas, sampai kepada kebijakan? Inilah pekerjaan rumah (PR) kita bersama untuk mulai menyadari segenap potensi dan segenap pendistibusian bantuan dan kebijakan untuk sampai kepada titik mencapaian kesejahteraan rakyat di pesisir NTT
foto 5: Bersama suster Stanisia CIJ  di Kompleks Pendidikan CIJ, Ende, 1 Juni 2017


Solusi menuju kesejahteraan Rakyat Pesisir
Untuk menjembatani antara segenap potensi dan masalah di wilayah perikanan di NTT, maka pemerintah sebagai ujung tombak pemberdayaan masyarakat nelayan perlu memperhatikan empat hal.

Pertama, pemerintah propinsi NTT harus dengan tegas bersama kelima pemerintah propinsi kepulauan yang lain agar berjuang dengan sungguh-sungguh untuk mendapatkan kesejahteraan sebagai kewajiban Negara untuk mensejahterakan rakyat sebagaimana amanat UUD 1945. Hal itu harus dibuktikan dengan amandemen UU sebagai bentuk perlakuan khusus berdasarkan dana DAK dan DAU mencapai 75 %. Dengan demikian NTT dan 5 propinsi kepulauan lainnya bisa keluar dari dominasi zona continental, hanya berdasarkan luas daratan dan jumlah penduduk.


 gambar 6: Bersama ibu Helen Carvallo di depan rumahnya. Ibu Helen yang mengatur penginapan kontingen Flores Timur selama di Ende.


Gambar 7: Suasana pembukaan Final Sayembara Ayo Bangun NTT di Aula Gadi Djou, Universitas Flores Ende.dengan mengusung Tema Besar PANCASILA RUMAH KITA yang diikuti oleg 22 kabupaten/kota. Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh Bupati Ende Ir. Marselinus Petu. 


kedua, mengembangkan wilayah potensial kelautan dengan menyediakan sarana pendukung secara terus menerus dengan menggunakan anggaran pendamping dan fasilitas penyokong seluruh lingkaran tangkapan nelayan. Pemerintah tidak hanya menyediakan armada tangkap, melainkan juga menyiapkan armada pendukung pole and line yakni komunitas nelayan penyedia ikan umpan.

ketiga, menghentikan program pemberian bantuan dengan sistim pembagian fasilitas nelayan berdasarkan pemetaan politik. Melainkan memperhatikan tingkat kebutuhan riil masyarakat nelayan. Memberikan bantuan kepada kelompok nelayan berdasarkan sistim politik perkoncoan akan makin menenggelamkan mimpi kita bersama dan terus menambah catatan buram perikanan di Indonesia. Karena begitu banyak kapal akan tinggal di area parkir di pesisir pantai atau menjadi alat untuk menjadi sistim sewa kepada pihak ketiga untuk keuntungan sampingan. Sebab pemilik kapal bukan nelayan sejati melainkan nelayan gadungan yang dibentuk berdasarkan kepentingan sesaat alias perselingkuhan kekuasaan, tim suskses, dan pemilik modal yang telah mensuplay dana segar diperhelatan politik kekuasaan sempit.  

Keempat, perlu perombakan mentalitas sistem pemberian bantuan hiba berdasarkan peruntukkan bantuan. Adanya data yang tidak seimbang antara besarnya armada di perairan NTT dan minimnya pendapatan dari sub sektor kelautan di NTT memberikan awasan kepada para pihak, untuk mewaspadai sekaligus lampu kuning untuk orientasi dan motif dalam kebijakan tersebut. Perlu adanya perombakan mentalitas dari sistim kebijakan sejak dari hilir sampai ke hulu.

Oleh karena marilah kita membangun spirit untuk mengembangkan wilayah perikanan kita dengan semboyan terus membangun dan terus bekerja. Berjuang untuk NTT berjuang dengan baik dan benar sesuai tuntutan janji kemerdekaan Negara ini: mensejahterakan, melindungi, dan mencerdaskan segenap rakyat dan tumpah darah Indonesia. Mencintai NTT hari hari adalah mencintai Indonesia. Bentangan bahari yang luar biasa di hadapan kita belum sebanding dengan cara kita mengelola segenap potensial baik di Indonesia, NTT, maupun di Indonesia.

Mari kita mencintai Indonesia dengan mencintai pantai dan laut kita. Dirgahayu Pancasila!