Selamat Datang Di Blog KRISANTUS M. KWEN

Selasa, 25 Agustus 2015

UJIAN SKRIPSI STP REINHA LARANTUKA




“MENGABDI  KEBENARAN DI DALAM CINTA KASIH”


Ada saatnya kita harus bersyukur setelah menyelesaikan sebuah tugas:
foto Bento Lazar sesudah ujian skripsi (24/8/2015)

HARI-hari ini, Motto Sekolah Tinggi Pastoral “REINHA LARANTUKA” sedang dibuktikan: “PER MARIAM VERITATEM FACIENTES IN CARITATE”: Bersama Maria Mengabdi Kebenaran dalam Cinta Kasih. 154 mahasiswa yang berasal dari berbagai pelosok kota dan desa di Kabupaten Flores Timur dan Lembata, yang tinggal di perkotaan dan pedesaan, yang terpencil dan terpinggirkan oleh pembangunan ekonomi dan politik sedang berduyun-duyun menuju rumah mereka “STP Reinha”. Mereka adalah Mahasiswa kelas Reguler dan Program Dual Mode Sistem (DMS) Sekolah Tinggi Pastoral Reinha Larantuka. 
Di sini dan kini, mereka akan mengakiri masa kuliahnya melalui proses menjelang akhir, Pendadaran Skripsi. Dengan mempertahankan karya tulis ilmiahnya di hadapan 3 anggota dewan penguji, mereka wajib berjibaku dengan gagasan dan solusi skripsinya. Karya yang telah mereka garap selama ini dengan peluh di badan mesti dipertahankan. Tidak heran, ada yang berkeringat-keringat, bercucuran air mata di hadapan dewan penguji, rada bingung, diam, tapi ada yang cekatan dan tangkas karena percaya diri. Bento Lazar, seorang skripsiwan menutur “saatnya idealisme dan karya praktis sedang dibuktikan, kalau tidak, sama halnya dengan cinta bertepuk sebela tangan....”.

Bento benar, skripsi adalah sebuah karya ilmiah serentak membuktikan pengabdian di jalan cinta kasih. Dengan berbagai pendekatan ilmiah dan metode menulis, calon petugas pastoral ini mendeskripsikan objek penelitiannya dan meramu dalam keindahan tulisan. Karya ilmiah ini adalah gabungan antara pengetahuan, teori, dan praksis pengalaman, yang digarap dalam tulisan!  Pada titik ini skripsi sebetulnya adalah sebuah shering pengalaman, sebuah tutur atas pengalaman. Dia menjadi jalan ilmiah hanya kerena memang tunduk pada metodologis dan sistimatika tertentu. Bukankah shering pengalaman itu sebuah seni? Kalau bukan disebut keindahan! Maka mari berbagi pengalaman!

                foto: Theobaldus Bala membangun argumen akademik pada sidang skripsi.

Dalam tulisan bergelombang pada logo kampus terpatri : STP REINHA LARANTUKA -  WAIBALUN - FLORES TIMUR. Dalam penjelasan terpampang sebagai simbolisasi gelombang perjuangan dalam meretas dan meraih cita-cita, tentunya akan mendapat tantangan dan cobaan yang bakal dihadapi seseorang. Baik selagi menjadi mahasiswa, maupun dan lebih-lebih di dalam menggunakan ilmu pengetahuan dan keterampilan di tengah masyarakat yang juga sedang mengalami dimensi perjuangan

Akhirnya proses intelektual yang terus dan terus berproses, melalui berbagai pendekatan-pendekatan ilmu baik, seni, teologi, alkitabiah, kateketik, pastoral, pendidikan, sosiologi, hukum Gereja, dan disiplin ilmu lainnya adalah jalan menuju Kebenaran, dengan cara Cinta Kasih. Melalui ujian skripsi ini, mau mencoba membangun titian ini, yang bisa disebut dalam dua tujuan. Pertama, para skripsiwan/skripsiwati adalah seorang calon tenaga pastoral yang sedang membuktikan komitmen untuk mengabdi di jalan pastoral, menjadi seorang guru agama Katolik atau petugas pastoral yang mampu berpikir dalam praksis. Kedua, seorang skripsiwan/skrisiwati adalah warga akademik, yang senantiasa membangun argumen Kebenaran melalui data dan fakta, bukan membangun kebenaran di atas isu atau info sesaat apalagi sesat! Jaga fakta dan perilaku hidup adalah data otentik hidupmu yang sedang dipertontonkan kepada dunia. Sebuah peluang pastoral serentak tantangan.
  
Sejatinya di jalan Kebenaran ini, seorang intelektual adalah orang yang selalu siap diutus di berbagai bidang kehidupan dimana dan kapanpun dia dibutuhkan untuk membangun dunia, demikian seorang ilmuwan sejati, ahli pendidikan, J Drost, SJ.
Untuk skripsiwan dan skripsiwati, Profisia!

Minggu, 09 Agustus 2015

LAMALERA DAN GURU PARA KATEKIS



"Menimba dari spritualitas imam katekis: Rm. Jos Gowing Bataona Pr."





SIANG terik membakar tubuh dan melumat Lamalera, profil bumi melegenda dari tradisi menangkap ikan paus koteklema, atau paus Sperm ((Physeter Macrocephalus), pada musim Lefa di bulan Mei – September. Saya dan saudara saya Rahmanto pada hari Jumat, 7 Agustus 2015 pkl 15.20 ‘menapak tilas’ Sang Guru para Katekis, alm. Romo Yos Gowing Bataona Pr, yang dimakamkan di pusara para misionaris, kembali ke rahim bumi, basis karya pewartaan kabar gembira Yesus Kristus. Dari Lamalera menuju seluruh pelosok tanah Lembata. Adalah Pater Bernard Bode SVD, mantan misionaris Togo-Afrika yang pernah jatuh hati dengan desa nelayan ini. Mungkin saat itu ujung barat pulau lembata begitu mempesona sang misionaris pertama tanah Lomblen. Dari jauh memandang belokan bukit cadas, tampak bagaikan moncong seekor naga raksasa dengan balutan kulit keriput berupa tebing-tebing wadas, yang tegak mencuat. Memandang dari atas bukit Lamalera sayup-sayup deburan ombak, dari amukan laut yang sering menggelora di sekitar tanjung Naga itu yang  ditemani kawan setia, pulau Suwanggi di dekatnya. Ah...pesona tanah Lamalera......

Dari tanah Lefa ini, lahir seorang generasi Bataona, Jos Gowing, demikian disapa. Panggilan menjadi imam yang mempesona pribadinya telah mengantar Jos Gowing ditahbiskan menjadi seorang imam Katolik Keuskupan Larantuka. Ketekunannya dalam ilmu Kateketik, menanamkan dalam dirinya seorang imam yang piawai merumuskankan langkah-langkah katekese, selanjutnya membuat Jos Gowing dekat dengan para katekis awam. 

Tahun 2009/2000, ketika saya bekerja bersama beliau di komisi kateketik, semakin yakin saya akan profil seorang Jos Gowing Bataona, yang sungguh mencintai katekese. Romo Jos, demikian disapa, dalam berbagai kesempatan bertemu dengan para katekis awam dan para awam pada umumnya selalu menegaskan Visi Teologis Gereja tentang mereka. Dia ingatkan akan panggilan khas kaum awam, dalam terang panggilan Gereja Umat Allah di Keuskupan Larantuka. Dimana kaum awam berdasarkan permandiannya ikut ambil bagian dalam pewartaan dan pengamalan Injil melalui aneka bentuk pelayanan. Dia selalu menandaskan Gereja adalah sakramen keselamatan, yang  selalu menghadirkan Kristus melalui pengabdian kepada kepentingan masyarakat. Yakni melalui kesaksian.
Mendengar - membaca dan mendengarkan kembali cara Romo Jos  bekerja, komitmen dan cara memotivasi seakan menggetarkan kalbu. Terus memanggil seorang katekis untuk melanjutkan misi istimewa ini. 

Sehingga hari ini seakan menarik aku untuk lebih dekat lagi “mendengar” dan merasakan “spiritualitas” yang akan memancar dari album abadi di pusara itu..deburan ombak yang mempesona misionaris Eropa telah menularkan siapa saja yang memandang tanah Lefa.....Lamalera...kemudian mengikuti jejaknya pesona Katekese untuk Kristus, Yesus sang Katekis Sejati.