“MENGABDI KEBENARAN DI DALAM CINTA KASIH”
Ada saatnya
kita harus bersyukur setelah menyelesaikan sebuah tugas:
foto Bento
Lazar sesudah ujian skripsi (24/8/2015)
HARI-hari ini, Motto Sekolah Tinggi
Pastoral “REINHA LARANTUKA” sedang dibuktikan: “PER
MARIAM VERITATEM FACIENTES IN CARITATE”: Bersama Maria Mengabdi
Kebenaran dalam Cinta Kasih. 154 mahasiswa yang berasal dari
berbagai pelosok kota dan desa di Kabupaten Flores Timur dan Lembata, yang
tinggal di perkotaan dan pedesaan, yang terpencil dan terpinggirkan oleh
pembangunan ekonomi dan politik sedang berduyun-duyun menuju rumah mereka “STP
Reinha”. Mereka adalah Mahasiswa kelas Reguler dan Program Dual Mode Sistem
(DMS) Sekolah Tinggi Pastoral Reinha Larantuka.
Di sini dan kini, mereka akan mengakiri masa kuliahnya melalui proses menjelang akhir, Pendadaran Skripsi. Dengan mempertahankan karya tulis ilmiahnya di hadapan 3 anggota dewan penguji, mereka wajib berjibaku dengan gagasan dan solusi skripsinya. Karya yang telah mereka garap selama ini dengan peluh di badan mesti dipertahankan. Tidak heran, ada yang berkeringat-keringat, bercucuran air mata di hadapan dewan penguji, rada bingung, diam, tapi ada yang cekatan dan tangkas karena percaya diri. Bento Lazar, seorang skripsiwan menutur “saatnya idealisme dan karya praktis sedang dibuktikan, kalau tidak, sama halnya dengan cinta bertepuk sebela tangan....”.
Di sini dan kini, mereka akan mengakiri masa kuliahnya melalui proses menjelang akhir, Pendadaran Skripsi. Dengan mempertahankan karya tulis ilmiahnya di hadapan 3 anggota dewan penguji, mereka wajib berjibaku dengan gagasan dan solusi skripsinya. Karya yang telah mereka garap selama ini dengan peluh di badan mesti dipertahankan. Tidak heran, ada yang berkeringat-keringat, bercucuran air mata di hadapan dewan penguji, rada bingung, diam, tapi ada yang cekatan dan tangkas karena percaya diri. Bento Lazar, seorang skripsiwan menutur “saatnya idealisme dan karya praktis sedang dibuktikan, kalau tidak, sama halnya dengan cinta bertepuk sebela tangan....”.
Bento benar, skripsi adalah sebuah
karya ilmiah serentak membuktikan pengabdian di jalan cinta kasih. Dengan
berbagai pendekatan ilmiah dan metode menulis, calon petugas pastoral ini
mendeskripsikan objek penelitiannya dan meramu dalam keindahan tulisan. Karya
ilmiah ini adalah gabungan antara pengetahuan, teori, dan praksis pengalaman, yang
digarap dalam tulisan! Pada titik ini
skripsi sebetulnya adalah sebuah shering pengalaman, sebuah tutur atas
pengalaman. Dia menjadi jalan ilmiah hanya kerena memang tunduk pada
metodologis dan sistimatika tertentu. Bukankah shering pengalaman itu sebuah
seni? Kalau bukan disebut keindahan! Maka mari berbagi pengalaman!
foto: Theobaldus Bala membangun argumen akademik pada sidang skripsi.
foto: Theobaldus Bala membangun argumen akademik pada sidang skripsi.
Dalam tulisan bergelombang pada logo kampus terpatri : STP REINHA LARANTUKA - WAIBALUN - FLORES TIMUR. Dalam penjelasan terpampang “sebagai simbolisasi gelombang perjuangan dalam meretas dan meraih cita-cita, tentunya akan mendapat tantangan dan cobaan yang bakal dihadapi seseorang. Baik selagi menjadi mahasiswa, maupun dan lebih-lebih di dalam menggunakan ilmu pengetahuan dan keterampilan di tengah masyarakat yang juga sedang mengalami dimensi perjuangan”
Akhirnya proses intelektual yang terus dan terus berproses, melalui berbagai pendekatan-pendekatan ilmu baik, seni, teologi, alkitabiah, kateketik, pastoral, pendidikan, sosiologi, hukum Gereja, dan disiplin ilmu lainnya adalah jalan menuju Kebenaran, dengan cara Cinta Kasih. Melalui ujian skripsi ini, mau mencoba membangun titian ini, yang bisa disebut dalam dua tujuan. Pertama, para skripsiwan/skripsiwati adalah seorang calon tenaga pastoral yang sedang membuktikan komitmen untuk mengabdi di jalan pastoral, menjadi seorang guru agama Katolik atau petugas pastoral yang mampu berpikir dalam praksis. Kedua, seorang skripsiwan/skrisiwati adalah warga akademik, yang senantiasa membangun argumen Kebenaran melalui data dan fakta, bukan membangun kebenaran di atas isu atau info sesaat apalagi sesat! Jaga fakta dan perilaku hidup adalah data otentik hidupmu yang sedang dipertontonkan kepada dunia. Sebuah peluang pastoral serentak tantangan.
Sejatinya di jalan Kebenaran ini, seorang intelektual adalah orang yang selalu siap diutus di berbagai bidang kehidupan dimana dan kapanpun dia dibutuhkan untuk membangun dunia, demikian seorang ilmuwan sejati, ahli pendidikan, J Drost, SJ.
Untuk
skripsiwan dan skripsiwati, Profisia!