Selamat Datang Di Blog KRISANTUS M. KWEN

Minggu, 21 Februari 2021

MEMANDANG KOTAKU LARANTUKA

 


Kenapa saya harus tinggal di kota ini.

Hanya kota kecil dilereng gunung Mandiri,

memanjang sepanjang pantai kurang lebih 15 kilo meter.

 

Kenapa saya harus tinggal di kota ini.

Mengais rezeki untuk hidup bersama keluarga.

Pergi dan pulang hanya satu jalan seperti celote ade Abdur di Kompas TV "Jalan Kotaku ke atas dan ke bawah".

 

Kenapa saya harus tinggal di kotaku ini.

Hanya satu pasar rakyat yang dibangun pakai dana miliaran rupiah dengan drainase yang paling buruk membuat bau dan kotor kotaku.

Wakil rakyat marah-marah di media masa selama tiga tahun tanpa merasa berdosa ikut bertanggungjawab.

 

Kenapa saya harus tinggal di kota ini.

Dipercantik oleh Felix Fernandez, yang belum “selesai” namun sayang Tuan Deo so pangge bale. Ini kota Reinha yang dihidupi oleh tradisi Katolik, dibesarkan oleh Gereja, namun ditonton oleh penguasa politik. 

Dalam bayang-bayang promosi kota pancasila? Namun makin meredupkan identitas kotaku oleh pecundang politik dan anti keragaman.

 

Kenapa saya harus tinggal di kota ini.

Dijual di Luar Negeri - pejabat Jakarta datang ke kotaku "hanya" meresmikan patung 1, 5 meter untuk mama Bunda di sudut kota di atas bukit tak terlihat dari jauh, sunyi!

Miliaran rupiah dihabiskan! itu proyek politik, namun tidak meninggalkan bekas politik. Mereka melarikan diri dan membiarkan Gereja sebagai tameng dan dimanfaatkan oleh pecundang kota!

 

 Kenapa saya harus tinggal di kota ini.

Diberkati Lera Wulan dan Leluhur para pemimpinku tetapi diakhiri sebagai orang kalah perang pergi jauh dan tidak lagi menunjuk batang hidup kau pengecut!

Jangan jual kotaku kalau tidak mau dikutuki Lera Wulan Tanah Ekan!

 

Kenapa saya harus tinggal di kota ini.

Baru kali ini saya bangga oleh seorang Yohanes Bayu Samodro.

Dia bukan anak tanah, dia bukan orang Timur tapi hatinya anak tanah. Bukan datang bangun taman. Dia mau bangun ikon Katolik untuk Larantuka.

Monumen kebangsaan di Larantuka - ikon Katolik sebagai simbol kebangsaan dalam bingkai kerukunan umat beragama.

 

Hatiku hatimu untuk Kota Reinha.

 Larantuka, 21 Februariari 2021.