Selamat Datang Di Blog KRISANTUS M. KWEN

Sabtu, 15 Desember 2018

Paroki Santo Martinus Bola menerima Live in Sivitas STP Reinha Larantuka



Foto 1: Gedung gereja Paroki St.Martinus, Bola.

Menutup tahun 2018, Sekolah Tinggi Pastoral (STP) Reinha Larantuka melakukan kegiatan Live in di Paroki St. Martinus Bola, Keuskupan Maumere. Kegiatan tersebut diikuti oleh 126 mahasiswa dan 10 pendamping yakni dosen dan pegawai STP Reinha Larantuka dan berlangsung dari tanggal 12 sampai 16 Desember 2018. Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk pengabdian masyarakat sebagaimana tuntuntan perguruan tinggi dalam Tridaharma Perguruan Tinggi disamping dharma pendidikan dan penelitian.
foto 2: bakti sosial
Menurut ketua program studi STP Reinha Larantuka Alfonsus Mudi Aran, S.Pd.,MM. disamping alasan utama tersebut terdapat motivasi internal yakni membangun komunikasi dengan dan bersama umat paroki St. Martinus Bola. Secara historis, anak-anak dari paroki telah mengikuti pendidikan Diploma di Waibalun ketika lembaga ini masih bergabung dengan IPI Filial Waibalun. Sekalipun paroki Bola berada di wilayah keuskupan Maumere, namun  hubungan emosional antara kampus dan paroki ini sebetulnya sudah lama terbangun.
foto 3:berkunjung ke kebun salak umat stasi Wolokoli


Ada beberapa kegiatan yang dilaksanakan selama 5 hari di Paroki St. Martinus Bola. Diantaranya katekese umat, bhakti sosial, kunjungan ke sekolah, pertandingan olaraga, pendataan umat, dan malam hiburan. Pada akhir kegiatan sivitas STP Reinha Larantuka menanggung liturgi perayaan hari minggu ke III masa adven. Sesudah perayaan misa dilanjutkan dengan kegiatan bersama anak-anak SEKAMI Paroki.
foto 4: malam hiburan

Letaknya yang strategis di antara perbukitan membuat jarak antara 7 stasi yang mengitari pusat paroki menjadi medan yang menantang dalam karya pastoral di Paroki ini. Medan alam demikian dan menghadap gemuru ombak selatan di laut Flores melengkapi kekayaan alam yang mempesona wilayah paroki ini.
foto 5: olaraga persahabatan

Melayani umat paroki dengan jumlah lingkungan sebanyak 38 buah, 136 Kombas serta 2.476 KK dengan jumlah 11.200 jiwa umat Katolik. membutuhkan strategis tersendiri untuk melayani umat Allah. Inilah medan karya pastoral dari Pastor Paroki Bapak Romo Arnoldus Ladjar Pr. dan pastor rekan Bapak Romo Florentinus Goleng. Sivitas STP Reinha Larantuka telah mengalami semuanya dengan sukacita. Belajar untuk menjadi rasul awam dari, oleh dan untuk umat yang akan Tuhan berikan bagi mereka yang setia menjadi muridNya. Syukur bagi Tuhan dan epang gawang umat  paroki St. Martinus Bola keuskupan Maumere.
foto 6: rombongan "Live in" menuju paroki Bola, Sikka

Jumat, 09 November 2018

PAHLAWAN HERMAN FERNANDEZ 01


           Monumen Herman Fernandez di jantumg kota Larantuka(foto Ebed Derosari)



LARANTUKA DAN NASIONALISME 

Jangan ajar orang Larantuka tentang arti nasionalisme”. Tentu frase ini tidak berlebihan kalau orang meragukan nasionalisme orang Flores Timur.  Letaknya yang strategis di jantung kota Larantuka membuat patung Herman Fernandez menjadi salah satu ikon kota ini. Dibalik monumen patung ini sebetulnya tersembunyi pesan monumental nan heroik arti sebuah pengorbanan!

Semana Santa di kota Larantuka sebagai salah satu destinasi wisata rohani yang tersohor sampai ke manca negara. Kepopuleran destinasi ini seakan menyembunyikan sebuah destinasi ‘lain’ yang nyaris dilupakan. Bukan saya bermaksud mengurangi dan menyaingi Larantuka sebagai kota Reinha, melainkan melihat sudut lain dari arti kehadiran sebuah Patung, gambaran lain dari profil orang Flores – Larantuka yang terlibat memikirkan, menegakkan, dan memberi diri dan berkorban untuk bangsa dan tanah air.

Orang ini bernama Herman Fernandez. Pemuda asal Larantuka yang lahir di kota Pancasila Ende, 3 Juni 1925. Terlahiir dari ayah Markus Suban Fernandez dan ibu Fransisca Theresia Pransa Carvallo. Herman kecil adalah gambaran watak anak-anak Flores yang militan karena didikan intelektual para imam dan Bruder biarawan Societas Verbi Divini (SVD). Bersama pelajar-pelajar di kota Ende seperti Frans Seda, tokoh nasional asal Sikka, Herman Fernandez nekad menyeberang ke pulau Jawa menuntut ilmu di Hollands Inlansche Kweekschcol (HIK) atau Sekolah Guru Bantu di Muntilan Jawa tengah.

Di Muntilan, pelajar Herman satu angkatan dengan Yos Sudarso juga Slamet Riyadi. Keduanya kemudian menjadi Pahlawan Nasional karena kipra nasionalisme mereka. Yang berjuang di kesatuannya masing-masing sampai titik darah terakhir untuk NKRI.

Belum satu tahun di Muntilan pecah perang kemerdekaan. Sekolah mereka ditutup untuk sementara waktu karena Belanda menduduki kota-kota di pulau Jawa, termasuk Muntilan. Herman dan Frans Seda kemudian ke kota Yogyakarta untuk melanjutkan perjalanan hidup mereka, bertahan sambil berharap masa krisis berakhir dan mereka kembali melanjutkan studinya.

Di kota Yogyakarta-lah peristiwa heroik itu bermula. Tentara Pelajar (TP) termasuk elemen-elemen perlawanan rakyat Indonesia. Herman Fernandez tergabung dalam PERPIS (Persatuan Pelajar Indonesia Sulawesi), pimpinan Maulawi Saelan. Di palagan Kebumen, tepatnya di  Front Gombong Selatan, 1-2 September 1947, Herman menunjukkan jiwa patriotiknya dalam pertempuran dua hari bersama Alex Rumambi, karibnya asal Flores dan La Sinrang sahabat perjuangan asal Sulawesi. (Toto Wirjosoemarto, Missing Link Missing in Action Kompasiana ( 2/112009); Yohanes Apriano Dawan Fernandes, Herman Fernandez, Bertempur Hingga Peluruh terakhir, kompasiana (10/02/2012).

Monumen Herman Fernandez tetap kokoh berdiri tegak di jantung kota Larantuka sebagai ‘cahaya’ semburat nasionalisme. Minimal ada e (tiga ) pembelajaran yang dapat dipetik dari semangat patrotik seorang Herman Fernandez. Pertama, Herman adalah gambaran typikal petarung Flores. Dia sendiri melepas anak panah dari busur idealisme Floresnya. Menjadi manusia diaspora adalah model dari perjalanan hidup heroiknya. Yang menyeberang ke tanah Jawa untuk meningkatkan  kapasitas diri.

Kedua, ia ‘melemparkan’ dirinya ke tengah pluralistik idiologi dari beragam manusia Indonesia. Inilah spiritulitas awam yang lahir dari rahim ibu Floresnya yang Katolik. Karena ia membiarkan dirinya dibakar oleh api cinta hidupnya, dibentuk dan dipakai oleh pencipta. Ia seperti anak domba yang digiring ke tempat pembantaiann (Yes 53). Cahanya iman menuntunnya. Karena itu seorang Herman tahu untuk apa ia berkorban.  

Ketiga, Herman menjadi manusia Indonesia. Dia meleburkan dirinya dalam kesatuan aksi tentara pelajar Indonesia. Menjadi bagian dari  Persatuan Pelajar Indonesia Sulawesi merupakan pilihan yang strategis untuk melebur dalam ragam perbedaan etnis dan budaya. Pada titik itu, Herman meninggalkan titik zero, dari sona aman identitas diri menjadi identitas nasionalnya. Meluasnya cakrawala pandangnya menjadikan manusia merdeka bahkan ketika kematian akan menjemputnya. Karena Herman memilih mati daripada mengkianati hati nuraninya. Herman sangat paham untuk apa dia berjuang! Dia seperti manusia Sabda yang memberi dirinyanya untuk sesama, yang diajarkan oleh guru SVD-nya di Schakel School (SMP) di Ndao Ende.

Menjadi manusia Indonesia di zaman now seperti berada di sebuah titian penyeberangan. Kemarin adalah masa lalu yang membentuk hari ini dengan sejarah yang panjang penuh heroik oleh para pendiri bangsa ini. Ketika nasionalisme sedang diuji dan NKRI sedang dipertanyakan oleh kelompok-kelompok intoleran, kita membutuhkan spirit para pahlawan bangsa.

Nasionalisme kebangsaan mewujud dalam Negara Indonesia. Ini adalah kebenaran sejarah kita. Dan seorang Herman Fernandez adalah salah satu manusia Indonesia yang kebetulan lahir di Ende yang berasal dari Larantuka. Di jantung kota Larantuka detak-detak nasionalisme akan mengalirkan darah perjuangan itu. Akan diingat geberasi demi generasi. Karena tidak seorangpun akan bisa membunuh kebenaran. Monumen itu, bukan sekedar patung, melainkan tanda bahwa dibalik ornamen itu, ada api patriotisme dan nasionalisme di jantung kota Larrantuka.

Selamat hari Pahlawan


Menyongsong Fajar Baru,
Larantuka, 10 November 2018.
(www.krisantuskwen.blogspot)



Kamis, 13 September 2018

Pelantikan Ketua Senat Mahasiswa STP Reinha Larantuka Periode 2018/2019


Gambar 1: Kepercayaan Lembaga:  Diserahkan Ketua Sekolah kepada Ketua Sema yang baru.


Ketua STP Reinha Larantuka, Benedikta Yosefina Kebingin, S.Pd.,Lic. Theol pada Sabtu, 4 Agustus 2018 telah melantik Sdra. Mikael Sani Making menjadi ketua Senat Mahasiswa (Sema) STP Reinha Larantuka periode 2018/2019. Miksan, demikian panggilan sehari-hari Ketua Sema yang baru, menggantikan sdra. Fidelis Ledo. Pelantikan tersebut berlangsung di Aula STP Reinha Larantuka.
 
Gambar 2: Miksan: Ketua Sema periode 2018/2019.

Pergantian kepemimpian organisasi internal kampus ini merupakan agenda rutin tahunan kampus. Harapan kita bersama adalah agenda ini menjadi  momentum yang berarti untuk digunakan demi pengembangan kegiatan kemahasiswaan. Senat mahasiswa tidak hanya menjadi ajang latihan berorganisasi melainkan kesempatan yang sangat berharga untuk melahirkan kader-kader pemimpin masa depan. Karena salah satu tugas organisasi adalah melahirkan kader yang handal. Minimal meningkatkan kapasitas pribadi yang baik sesuai harapan Civitas akademika.



 “Bahwa saya selalu setia dan berbakti, bagi kepentingan Gereja, Lembaga pendidikan ini, khususnya kegiatan kemahasiswaan di Senat STP Reinha Larantuka”. Demikian Penggalan dari sumpah setia yang diucapkan oleh ketua Sema STP Reinha Larantuka.  Hal ini menjadi cerminan visi dan misi dari program kerja Sema mendatang. Dan tentunya menjadi harapan seluruh mahasiswa STP sebagaimana keputusan mahasiswa yang secara demokratik memilih beliau dalam pemilihan Sema STP Reinha Larantuka yang bersifat Langsung, Umum, Bebas, dan rahasia.  
 
 Gambar 3: Fidelis Ledo: Ketua Sema periode 2017/2018.


Pada pesan dalam sambutannya, Ketua Sekolah mengucapkan terima kasih kepada ketua Sema yang lama, “sebagai lembaga kami mengucapkan limpah terima kasih kepada ketua senat dan stafnya yang lama yang telah berusaha semaksimal mungkin melaksanakan apa yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya Apa yang sudah diusahakan secara maksimal kalau bertabrakan dengan hal-hal yg berada di luar rencana dan kemampuan kalian sebagai yang bertanggung jawab atas kegiatan kemahasiswaan ini, maka hal itu  itu tidak perlu dilihat sebagai suatu kegagalan atau kekurangan”
 
Gambar 4: azas pemilihan: angsung Umum Bebas dan Rahasia


Suster Ivonny CIJ, demikian panggilan sehari-hari untuk ketua sekolah, juga menaru harapan kepada ketua sema yang baru, “Pada akhirnya saya mengucapkan profisiat kepada ketua senat yang baru bersama kepengurusannya selamat bertugas. Dan Terima kasih secara khusus pula bagi  Wakil Ketua III yang lalu yang telah pendampingi mahasiswa sebelumnya atas nama Pak Ansel dan Pak Vinsen yang menggantikan beliau dalam tugas mendampingi para mahasiswa khususnya para pengurus dalam roda kepemimpinan mereka selanjutnya”. Profisiat dan Selamat bertugas kepada saudara Miksan dan kawan-kawannya.
Gambar 5: Mahasiswa STP Reinha Larantuka: sangat berantusias mengikuti acara pelantikan ketua Sema yang baru. 

Sabtu, 17 Maret 2018

UMAT STASI YOHANES PEMBABTIS LEWOOKIN DUSUN LIKOTUDEN MENUJU STASI MANDIRI



WEEKEND PASTORAL STP REINHA LARANTUKA DI PAROKI SANTA MARIA DIANGKAT KE SURGA BAMA - LEWOKLUOK 16-18 MARET 2018


foto 1: Gereja Stasi Santo Yohanes Pembabtis Lewookin, dusun Likotuden, desa Kawalelo.

 Letak Dusun Likotuden di desa Kawalelo Kecamatan Demon Pagong berada di lereng perbukitan yang terletak persis di pinggir pantai tanjung Seamdi. Kondisi permukaan tanah liat yang diselingi tanah berbatuan yang berkapur dengan landai cadas membuat sulit tanaman berumur panjang dapat menancapkan akar tunggangnya lebih dalam. Jika curah hujan yang pendek di satu musim tanam, maka dapat menyebabkan gagal panen untuk tanaman jagung atau padi ladang sebagai komoditas andalan petani. 

foto 2: tanaman Sorgum, komoditas pangan andalan dusun Likotuden.

Hal demikian tidak berlaku untuk tanaman ladang jenis Sorgum. Justru di dusun Likotuden ini Sorgum menjadi primadona. Sejak Bapa Uskup Larantuka, Mgr.Frans Kopong Kung Pr mempromosikan Sorgum sebagai tanaman pangan rakyat disamping fungsi lannya, maka tanaman ini mulai diperkenalkan secara luas kepada umat di wilayah keuskupan Larantuka. Yayasan Pengembangan Ekonomi Keuskupan Larantuka (Yaspensel) dibawah kepemimpinan Romo Benyamin Daud Pr telah mengembangkan potensi lahan di desa Kawalelo ini untuk budi daya dan pengembangan ekonomi umat. 

foto 3:Potensi wisata pantai Likotuden.
foto 3: Aksi membangun gereja stasi sebagai cetusan aksi APP melalui Katekese Orang Dewasa umat di KBG-KBG. Visi Gereja & Visi Pemerintahan desa sejalan membangun umat juga anggota masyarakat.


Dinamika umat stasi terasa menggeliat mengikuti irama ekonomi desa yang dipelopori oleh Yaspensel Keuskupan Larantuka. Ketika Sekolah Tinggi Pastoral (STP) Reinha Larantuka melaksanakan Weekend selama 3 hari (16-18/3/2018) di Paroki Santa Maria Diangkat ke Surga Bama-Lewokluok tiba si Dusun Likotuden, Stasi Lewookin, menyaksikan kemandirian ekonomi umat. Itu benar-benar dilaksanakn secara konsisten oleh Yaspensel Keuskupan Larantuka.Adapun 98 mahasiswa dan 8 pendamping dosen/pegawai disebarkan di 9 stasi untuk melakukan pendataan umat Paroki untuk mem-back up data keluarga, data umat perantau dan data umat yang hidup berkeluarga tanpa ikatan perkawinan.

foto 4: Ketua Stasi Lewookin, Paulus Watokola.




foto 5: SMK Internasionak AMKOP Likotuden. POTENSI mengangkat harkat martabat anak bangsa & Gereja

foto 6: Edi Watokola, tokoh pemuda, umat KBG 2, Maria Bintang Kejora "Aksi APP disatukan dengan bulan bakti desa"


Lembaga ini tidak hanya mempersiapkan umat untuk budi daya dan pengembangan tanaman pangan Sorgum, melainkan juga menata kemandirian umat melalui usaha bersama Simpan Pinjam Likotuden. Menurut Ketua Dewan Stasi Lewookin Paulus Watokola, pemberdayaan umat melalui UBSP “Sorgun Likotuden dalam tahun buku 2 RAT 2017, dana melebihi Rp.150 juta yang kini beredar di tengah umat. Keadaan ini tak terasa ikut membantu kemandirian umat untuk menata keluarganya.
Irama dari komitmen umat dalam menyongsong Aksi Puasa Pembangunan Keuskupan Larantuka ditampakkan melalui karya-karya umat. Yang dihayati oleh umat dalam tema “Membangun Kesetiakawana Sejati”.


foto 7: Malam rama tama bersama mahasiswa STP Reinha Larantuka.



Cetusan komitmen aksi dilaksanakan secara kompak oleh umat yang dipadukan dengan bulan bakti desa. Demikian yang dirasakan dan dilakukan oleh perangkat stasi dan perangkat desa menurut toko pemuda, Edi Watokola. Umat mencetuskan aksi bersama dengan membangun teras sebagai pematang di depan Gereja stasi untuk mencegah erosi tanah. Aparat desa mendukung gerakan ini dengan menyediakan 40 sak semen untuk membangun fondasi teras Gereja untuk menghindari gerusan tanah akibat banjir pada musim hujan.

foto 6: "ada saatnya kita membutuhkan rekreasi setelah sibuk bekerja"

Satu hal yang kini menjadi potensi sekaligus peluang stasi Lewookin atau dusun Likotuden, desa Kawalelo adalah pengembangan tanaman Sorgum sebagai komuditas andalan yang mendatangkan kemandirian pangan dan keuntungan finansial bagi umat. Disinilah komoditas ini bukan hanya sekedar andalan umat tetapi justru oleh Romo Benyamin disebut sebagai emasnya di darat setelah mutiara di laut.


 foto 7: Wajah masa depan umat stasi Lewookin, di halaman PAUD "Sorgum Likotuden"


Tak terkecuali Bapak bupati Flores Timur, Antonius Gege Hadjon menyebut Likotuden sebagai kampung sorgum, demikian menurut Romo Benya Pr ketika menutupi kegiatan pelatihan “Pasca Panen Sorgum” yang dihadiri oleh utusan dari beberapa kabupaten di NTT (17/3/2018) di Dusun Likotuden. Hal demikian seiring dengan semboyan, desa membangun desa menata.