Selamat Datang Di Blog KRISANTUS M. KWEN

Sabtu, 02 September 2017

GERAK PMKRI DI KAMPUS DAN MASYARAKAT

(PMKRI sebagai Organisasi Kepemudaan: Tantangan serentak peluang)
disampaikan pada MPAB PMKRI FLOTIM, 2 September 2017



(Krisantus M. Kwen)


1.      PENDAHULUAN
PMKRI sebagai ormas kepemudaan lahir pada masanya untuk mengambil bagian dalam perjuangan bangsa. Organisasi PMKRI turut membentuk wajah kepribadian kaum muda, khususnya yang berada di bangku kuliah. Sejak didirikan pada tahun 1947 di Jogjakarta, PMKRI bersama-sama ormas kemahasiswaan lainnya berkipra di kanca pergaulan nasional. PMKRI tercatat dengan tinta emas ikut mengantar peralihan orde Lama menuju Orde Baru. 


Elit-elit Negara ketika itu memperhitungkan PMKRI, HMI, GMNI, KAMI, dan KAPPI sebagai ujung tombak pendukung nasionalisme kontra komunisme. Bahu membahu gerakan mahasiswa “angkatan 66” bersama ABRI, ketika itu terlibat menyelamatkan bangsa dari bahasa laten PKI. Tritura sebagai maskot perjuangan para Mahasiswa kala itu berhasil membubarkan PKI, merombak kabinet dan menunkan harga barang. Pasca perjuangan tersebut, PMKRI bersama elit Mahasiswa lainnya di seluruh pelosok tanah Indonesia memperlihatkan sikap kritis terhadap proses-proses pembangunan yang tidak mencerminkan kedaulatan dan kesejahteraan rakyat dan Negara.


Rumah perjuangan mahasiswa adalah kampus. Di kampuslah ruang-ruang kreatif-kritis disusun sebagai landasan bergerak. Basis intelektual dan kerangka berpikir sistimatis adalah modal membuat analisis sosial politik. Dari sanalah lahir konsep-konsep dan persepsi perjuangan tersebut. Pertanyaan kritis kita adalah apakah dinamika sosial politik kini menjadi basis-basis refleksi mahasiswa? Ataukah Mahasiswa Katolik kini telah mengambil jarak dengan dinamika politik, yang melahirkan kebijakan yang tidak pro rakyat? Atau sebaliknya adakah kran-kran kreatif itu telah ditutup demi kenyamanan prosesi akademik?


Refleksi kita adalah PMKRI sebagai Organisasi Kepemudaan: Tantangan serentak peluang. Panitia telah menyodorkan saya tema: Gerak PMKRI di Kampus dan Masyarakat. Hemat saya, pilihan ini sangat strategis karena justru dalam MPAB di Larantuka tahun 2017 ini peserta mau ditempatkan di titian antara kampus dan masyarakat. 


Pada momentum ini, peserta MPAB hendak merefleksikan dirinya untuk berani keluar dari kemapanan seraya belajat dari momentum awal gerak perjuangan Mahasiswa Indonesia, yakni dekat dengan denyut nadi pergumulan masyarakat dan dekat dengan proses pembuatan kebijakan tanpa merugikan masyarakat. Atau setidaknya Mahasiswa kita ikut bergembira dan memiliki harapan serta turut berduka dan cemas bersama orang-orang zaman sekarang.[1]

2.      PMKRI ADALAH GEREJA ZAMAN SEKARANG


Tidak berlebihan kalau saya katakan PMKRI adalah sebuah komunitas hidup menggereja secara baru. Cita-cita hidup Gereja Katolik adalah membentuk sebuah paguyuban, di mana di sana para pengikut Yesus saling berdoa, mengucap syukur, saling membagi kehidupan dan tolong menolong serta membuka diri untuk berbagi kehidupan bersama mereka yang menderita ketidakadilan. Menurut Calleb Rosado (1988)[2], tantangan Gereja masa depan adalah memahami corak dan tantangan bagi misi Gereja. 


Gereja menurutnya akan ditinggalkan manusia masa depan jika Gereja tidak lagi mengikuti corak perubahan manusia zamannya. Jika kita keliru memahami zaman, maka kita akan keliru memahami misi Gereja. Karena misi Gereja adalah mengkomunikasikan injil secara efektif kepada masyarakat. Jika misi menjadi efektif maka dibutuhkan dua macam usaha belajar yakni, pertama: pemahaman yang sungguh-sunggu tentang Injil. Dan kedua, pemahaman yang jelas tentang orang-orang yang menjadi sasaran pewartaan injil, yaitu masyarakat. Untuk mendekati irama dan gerakan dua model itu dibutuhkan tiga sikap hidup.



Tahap-tahap perubahan zaman menurut Calleb
Masyarakat                Agraris --------- Industri -------Informasi
Bentuk                        : Suku                    Kota             IPTEK
Pandangan                  : Keluarga             bangsa           Dunia
Hidup
Orientasi                      :  Lampau              sekarang        masa depan
Fokus                          : keselarasan         keragaman    kemacamragaman
Kelompok
Kepemimpinan            :  karismatis      status             hukum/rasional
Pilihan                         :  satu                    beberapa       berlipat
Gaya hidup                 :    upacara              pembaharuan   perombakan
Pandangan                  : Mitis                       ontologis         Fungsional
Tentang Allah      


Sikap pertama, membuka diri terhadap kebenaran Injil. Manusia Kristen adalah yang memiliki kedekatan yang orisinil terhadap Sabda Tuhan. Membuka diri terhadap Firman mengandaikan dia harus berani belajar pada Yesus sebagai Tuhan dan gurunya. Keakraban rohani ini hendak diciptakan dalam organisasi ini. membiarkan diri dibimbing oleh Roh akan melahirkan sikap peduli otentik tanpa motif lain selain berjuang dan bergerak untuk misi Gereja (ecclesia).


Sikap kedua, berani keluar dari sona aman refleksi diri dan mendekati manusia zaman sekarang sebagai subjek dan objek misi (patria). Pendekatan yang dibutuhkan pada fase ini adalah kemampuan untuk memiliki sikap empati, kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan oleh sesama.  


Untuk maksud tersebut menurut Dr. Nobert Betan (2008) manusia Kristen hendaknya memiliki 4 ciri khas yang mendalam dan otentik,. Ciri pertama adalah animaif, yakni seorang pelayan kebenaran harus mampu membawa kesadaran kepada orang yang dilayani tentang adanya ketidak adilan dan ketidakdamaian yang sedang terjadi zaman ini. mereka harus sanggup merangkul banyak orang untuk berpartisipasi dalam pelayanan. Orang yang diajak harus tergerak hatinya. 


Ciri kedua, pastoral, menggembalakan korban ketidakadilan yang beragama Katolik. Kegiatan ini terjalin karena didorong oleh semangat Sang gembala Yesus. Dia tergerak melihat ketidakadilan dan ketidakdamaian dan berani untuk menyerahkan dirinya. Menggembalakan berarti melindungi, menjaga, merawat, dan mempersatukan mereka agar agar imannya diteguhkan. Ciri 


ketiga adalah misioner. Ciri ini menempatkan pejuang keadilan untuk mewartakan nilai-nilai keadilan dan perdamaian kepada saudara-saudara non Katolik, tanpa memandang suku, rasa tau golongan. Maksud kegiatan ini adalah memulihkan dan mengangkat martabat mereka yang direndahkan, menciptakan jalinan rellasi yang benar dengan Tuhan, sesama, diri, dan alam ciptaan, meningkatkan menghargaan  dari mereka yang disingkirkan karena miskin dan tidak berdaya. 


Ciri keempat adalah profetik. Menempatkan pejuang keadian dalam ruang gerak menggereja baru untuk bersikap-denuntiare dan annuntiare. Denuntiare berarti berani membongkar kejahatan dan melawan/protes terhadap ketidakadilan yang sedang melanda, yang dilakukan mereka yang sedang memiliki kekuatan dan kekuasaan. Untuk menunjang niat dan gerakan ini dibutuhkan data yang akurat serta mempertimbangkan banyak hal termasuk dampak perjuangan dengan meminimalisasi korban dari kaum kecil dan lemah. 


Kemudian sikap annuntiare.  Sikap annuntiare merupakan keberanian untuk mengungkapkan kebenaran di muka umum, baik lisan atau tertulis. Seorang pegiat dan pejuang kemanusiaan yang otentik hendaknya berani mengenakan  sifat kenabian ini. oleh karena itu seorang harus berani mengungkapkan kebenaran tentang adanya ketidakadilan dan membongkar kejahatan serta mengutuk ketidakdilan.

3.      PENUTUP

Akhirnya seperti harapan Calleb Rosado, PMKRI hendak ditetapkan pada posisi mana? Mengambil jarak pada corak dan perjuangan masyarakat berarti membiarkan Gereja dan kita akan ditinggalkan oleh masyarakat. Karena masyarakat memilik orientasi tersendiri. Oleh karena karena itu Gereja tidak hendak mengambil jaral dan turut membangun menara gading, melainkan berpartisipasi membangun titian-jembatan agar paguyuban kristiani kita (baca: PMKRI) dapat mendekati masyarakat sehingga kita pantas bergembira dan berharap, duka dan cemas dengan manusia zaman ini.


Menjadi mahasiswa yang kristiani berarti berani menjadikan kampus sebagai basis intelekktual. Menjadi PMKRI yang berbasis kristiani berarti membunca sikap peduli yang menggerakkan seorang aktifis kepemudaan untuk melihat Kristus ada dalam para korban ketidak adilan ketidakdamaian.



[1] Gaudium et Spes art. 1, Konstitusi Pastoral tentang Gereja di dunia dewasa ini.
[2] Caleb Rosado, corak masyarakat dan tantangan bagi misi Gereja (P3J-KAS, 1993)

Minggu, 20 Agustus 2017

65 Tahun Paroki San Juan: Transformasi Nilai


Foto 1: Melepaskan sepasang merpati sebagai simbolisasi pembukaan HUT 65 Tahun Paroki San Juan Lebao tengah, Keuskupan Larantuka oleh pastor paroki dan wakil bupati Flores Timur

Agama sebagai salah satu institusi di dalam masyarakat ikut membentuk dan menentukan pranata sosial, selanjutnya terus membentuk elemen hidup bernegara. Negara, agama, dan adat adalah poros pembentuk hidup bersama. Hal tersebut disadari betul oleh wakil Bupati Flores Timur, Agustinus Payong Boli, SH ketika membuka acara 65 Tahun Paroki San Juan Lebao Tengah, Keuskupan Larantuka, Minggu (11/6/2017).

“Mari kita membangun pemerintah, adat, dan agama yang terhimpun dalam tujuh nagi. Ini suatu keistimewaan yang dimiliki paroki ini. Karena itu marilah kita berharap ketiga batu tungku ini sama kuat dan sama sejajar untuk bekerjasama dan sama-sama bekerja untuk memajukan wilayah kita ini”, demikian tandas bapak wakil bupati.

 Foto 2: Tarik tambang antarlingkungan. Salah satu mata lomba dalam mengisi 65 Tahun Paroki San Juan

Refleksi perayaan ini, demikian harap Agus Boli, generasi San Juan harus sanggup menjaga nilai; tinggalkan mentalitas judi, persatuan internal antar umat Katolik dan eksternal antar umat yang beragama lain di paroki San Juan, dan nilai regenerasi untuk tumbuhkan generasi muda sebagai aset yang kuat. Selanjutnya Agus Boli mengajak orang tua tujuh nagi mendorong masyarakat untuk mendukung program pemerintah dengan membangun hidup bersama sebagai umat dan masyarakat. 
“Bagi saya bukan sekedar lomba-lomba melainkan nilai yang harus hidup di tengah masyarakat dan umat kita, mari tumbuhkan nilai itu” pungkas Agus Boli.


Pada akhir sambutan, Payong Boli atas nama Bupati mengucapkan profisiat dan mendukung perayaan syukur ini. menurutnya, sebagai pemerintah akan selalu hadir dan sama-sama kerja untuk membangun bangsa dan Negara. Acara ini mengawali rangkaian kegiatan syukur dan kegiatan iman yang memuncak pada perayaan misa syukur yang bertepatan dengan HUT Paroki pada tanggal 24 Juni 2017.
Simbolisasi pembukaan acara syukur tersebut ditandai dengan pembukaan tirai logo 65 Tahun Paroki San Juan dan pelepasan sepasang burung merpati oleh Pasto Paroki San Juan, Romo Pascalis Hokeng, Pr dan wakil Bupati Flores Timur, Agustinus Payong Boli, disaksikan oleh Ketua DPP San Juan Frans Uje Fernandez, tokoh adat, tokoh umat dan ribuan umat yang hadir dalam acara pembukaan tersebut.


Salah satu ciri budaya yang melekat pada paroki San Juan Lebao Tengah, Keuskupan Larantuka adalah paroki ini memiliki kearifan budaya “Tujuh Nagi”atau “Tujuh Kampung”. Ke-7 Kampung ini meliputi nagi Gege, nagi Lebao, nagi kampung Tengah, nagi Riang Nyiur, nagi Tabali, nagi Kota Rowido, dan nagi Kota Sau. Setelah agama Katolik menetapkan wilayah administrasi di wilayah paroki ini, nama kampung juga ditetapkan menjadi nama lingkungan. Maka jadilah lingkungan Gege, Lingkungan Lebao, lingkungan Kampung Tengah, lingkungan Riang Nyiur, lingkungan Kota Rowido dan lingkungan Kota Sau.


Di saat perayaan  syukur 65 tahun ini, Paroki San Juan telah memekarkan 4 lingkungan baru, sehingga paroki ini memiliki 11 lingkungan. Walau demikian tidak menambah nomenklatur lingkungan baru, tetapi memakai kearifan 7 nagi, dan hanya memekarkan setiap lingkungan. Misalnya lingkungan Lebao II, lingkungan Kota Rowido I dan II, dan lingkungan Kota Sau II. Pusat kebudayaan kristiani di 7 Nagi ini menjadikan Kapela sebagai pusat konsentrasi dalam perayaan ritual adat dan perayaan liturgis.


Menariknya, pemerintah kabupaten Flores Timur di kecamatan Larantuka kota, tetap memperhatikan kearifan budaya setempat. Ketika memekarkan wilayah kelurahan, masih menggunakan akronim dari tujuh nama kampung ini. Kearifan ini masih disandingkan dan melekat ke dalam nama kelurahan. Misalnya Kelurahan SAROTARI Yaitu akronim dari nama kampong kota SAu, kampong kota ROwido, kampong TAbali, dan kampong RIang nyiur. Ketika dimekarkannya kelurahan Sarotari, tetap memakai nomenklatur Sarotari, yaitu kelurahan Sarotari Tengah dan Kelurahan Sarotari Timur. Sementara ketiga kampung yang lain; Gege, Lebao dan Kampung tengah membentuk kelurahan Puken Tobi wangi Bao.

  

Jumat, 30 Juni 2017

MEMBIDIK FLORES TIMUR SEBAGAI KABUPATEN PENYANGGA KELAUTAN DAN PERIKANAN PROPINSI NTT



Gambar 1: Kontingen Final Sayembara Ayo Bangun NTT (SABN) yang mewakili Flores Timur, berasal dari Desa Waiburak Adonara Timur berpose setelah mengikuti apel hari Pancasila 1 Juni 2017 di lapangan Pancasil, Ende. SABN diselenggarakan oleh Yayasan Tunas Muda Indonesia yang dipimpin Bapak Melki Laka Lena. 


PENGANTAR 

Derap pembangunan di wilayah Indonesia Timur terus berlanjut di erah pemerintahan Jokowi. Segenap potensi daerah terus dikembangkan baik di darat maupun di laut. Jika provinsi NTT termasuk di dalam wilayah provinsi kepulauan di Indonesia, maka itu menandakan bahwa wilayah laut di NTT sangat luas jika dibandngkan dengan luas daratan. Kondisi ini adalah berkat dari Tuhan sekaligus potensial yang perlu dikembangkankan. Sejak tahun 2005 isu propinsi kepulauan telah didengungkan dan NTT termasuk di dalam enam wilayah potensial tersebut bersama Maluku, Maluku Utara, Sulawesi Utara, Kepulauan Riau dan kepulauan Bangka Belutung. 

MENDUKUNG NTT PROPINSI KEPULAUAN

Enam provinsi yang bergabung ke dalam kelompok provinsi kepulauan tersebut berdasarkan gagasan, yakni kecilnya dana alokasi umum (DAU) dan dana alokasi khusus (DAK) yang diberikan pemerintah. Sebab, perhitungannya berdasar pikiran continental yaitu penentuan formulanya hanya memperhitungkan luas wilayah daratan dan jumlah penduduk. Sedangkan apabila diperlakukan khusus bisa memperoleh DAU dan DAK yang lebih besar hingga meningkat 75 persen. Jika perhitungan berdasarkan perlakuan khusus maka dana potensial berdasarkan luas wilayah laut akan sangat membantu mempercepat tingkat kesejahteraan masyarakat NTT tentunya. 

Dengan luas wilayah laut di NTT sendiri mencapai 200.000 km2, maka wacana provinsi kepulauan tersebut harus disambut dengan antusias sekaligus dengan strategis pencapaian yang maksimal oleh pemerintah provinsi NTT maupun segenap stakeholder, baik oleh masyarakat nelayan dan pesisir maupun oleh lembaga-lembaga non government yang memiliki kepedulian yang tinggi akan wilayah laut di NTT. 
Gambar 2: Berpose di depan patung Soekarno di samping pohon Pancasila (Pohon sukun 5 cabang), Ende, 1 Juni 2017.


Perlu disebutkan bahwa Dari 200.000 km2 wilayah perairan NTT ini, yang baru digunakan menjadi sumber potensi bagi pendapatan baru mencapai 38%. Pemerintah NTT dibawa kepemimpinan Drs. Frans Leburaya dalam tahun 2014-2015 memberikan bantuan hiba 185 unit kapal penangkap ikan kepada para nelayan NTT. Diharapkan dengan bantuan hiba tersebut, maka potensial perikanan di NTT dapat digunakan secara maksimal.

NTT adalah Wilayah Potensial Perikanan

Perkembangan perikanan NTT didukung oleh potensi panjang garis pantai ± 5.700 Km dan luas laut mencapai 15.141.773,10 Ha. Potensi yang mendukung sektor perikanan adalah Hutan Mangrove seluas ± 51.854,83 Ha (11 Spesies), terumbu karang sebanyak ± 160 jenis dari 17 famili, 42.685 rumah tangga perikanan, 808 Desa/Kelurahan pantai, jumlah 1.105,438 jiwa penduduk pantai, 194,684 orang nelayan (± 9,9 % dari jumlah Penduduk Desa Pantai) (BPS, NTT Dalam Angka Tahun 2012). Sumber daya laut sangat potensial untuk perikanan tangkap dan budidaya dengan arah pengembangan masing-masing yaitu: Kawasan peruntukkan perikana tangkap, perikana budidaya dan pengolahan ikan tesebar diseluruh Kabupaten/Kota; pengembangan kawasan minapolitan untuk perikanan tangkap dan perikanan budidaya di Kabupaten Suba Timur, Sikka, Lembata, Rote Ndao, Alor, Kota Kupang, dan pengembangan komuditas garam rakyat di Kabupaten Nagekeo, Ende, Kupang Tengah Utara, Kupang, lembata, dan Alor.
Gambar 3: Orang tua angkat kami selama kegiatan di Ende, Bapak Cosma Ketu sekeluarga. 


Kabupaten Flores Timur menyimpan potensi sumber daya laut yang sangat menjanjikan. Laporan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP Flotim 2011), 13.215 ton/Tahun. Ikan Cakalang merupakan komoditas andalan Flores Timur sejak tahun 80-an. Selain potensi budidaya yang telah dikembangkan di wilayah Flores Timur yakni, Kabupaten Flores Timur: Teluk Konga, Teluk Lebateta, Selat Solor, Perairan Nayu Baya, Baniona. 


konsep Perikanan Menuju esejahteraan rakyat 

Harus diakui bahwa ada dua wilayah potensial yang menjadi andalan pengeloaan wilayah perikanan yang menjadi primadona di NTT khususnya dan di Indonesia umumnya berdasarkan sumber dari Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi NTT & BPS Provinsi NTT dalam tahun 2013.  Sumber potensial yang harus diberdayakan secara maksimal yakni, pertama, potensi perikanan tangkap berupa potensi lestari (MSY) sumber daya ikan di perairan NTT mencapai 388.700 Ton/Tahun dengan jumlah tangkap yang diperbolehkan (JTB) mencapai 292.200 Ton/Tahun, sementara tingkat pemanfaatan baru sekitar 34,97% JTB. Kedua, luas lahan potensial untuk budidaya rumput laut seluas 51.870 Ha atau 5% dari garis pantai, dengan potensi produksi sebesar 250.00 Ton Kering/Tahun. Potensi cukup besar baru dimanfaatkan tahun 2010 baru seluas 5.205,70 Ha dengan produksi 1,7 Juta Ton rumput laut basah. Potensi lahan untuk perikanan budidaya air payau seluas 35,455 Ha baru dimanfaatkan sekitar 1.039,80 Ha pada tahun 2012, dan budidaya air tawar yang meliputi kolam air tawar seluas8,375 Ha dengan tingkat pemanfaatan baru mencapai 1.521,00 Ha.
Foto 4: Bersama  Kakan Kemenag Kab. Ende, Bapak Piet Pedo Beke.


Jika memperhatikan sebaran wilayah potensial yang belum maksimal digunakan dalam menyokong pembangunan di Flores Timur pada khususnya dan NTT pada umumnya, maka ada tiga strategi yang harus diperhatikan oleh pemerintah Propinsi NTT di bidang perikanan, yakni. Pertama, untuk meningkatkan luas lahan budidaya produksi rumput laut dilaksanakan secara intensif dengan melibatkan masyarakat dan swasta. Strategi ini untuk menciptakan jalur perdagangan yang progresif sesuai dengan tingkat kebutuhan pasar terhadap komoditi hasil budidaya rumput laut. Kedua, meningkatkan sarana dan prasana perikanan tangkap dengan memperhatikan secara simultan progress dari piramida simbiosis antara penyediaan sarana dengan potensi pendukung proses penangkapan sampai dengan wilayah pemasaran. Hasil survey WWF-Indonesia di Flotim Februari  tahun 2013, ditemukan bahwa jumlah armada bertambah dan berbanding terbalik dengan kesediaan ikan umpan.  Armada Pole and Line mencapai 70 buah dan purse seine mencapai 68 armada. Laju perkembangan armada  penangkapan ini sangat tidak diimbangin dengan ketersediaan ikan umpan (data DKP Flotim 2012).

Laju penambahan armada penangkapan ikan Laut di NTT harus diakui cukup signifikan untuk setiap wilayah kabupaten. Jika diperkirakan dengan angka minimal 50 buah armada bantuan hiba, maka jumlah jumlah armada laut bantuan pemerintah diperkirakan mencapai 1.500 buah kapal dan titambah dengan 500 buah kapal rakyat maka jumlah armada tangkapan di perairan NTT NTT berkisar sekitar dua ribuh armada laut yang beroperasi di perairan NTT. Lantas pertanyaan menyentak kepada kita adalah jika penambahan armada begitu fantastis, tetapi angka laju pendapatan dan eksplorasi kita masih dibawah 50 %? Apa yang salah dalam pengelolaan? Perlukah dievaluasi kembali sistim pemberian bantuan sejak dari hilir sampai ke hulu? Sejak dari sistim identifikasi kelompok, penentuan prioritas, sampai kepada kebijakan? Inilah pekerjaan rumah (PR) kita bersama untuk mulai menyadari segenap potensi dan segenap pendistibusian bantuan dan kebijakan untuk sampai kepada titik mencapaian kesejahteraan rakyat di pesisir NTT
foto 5: Bersama suster Stanisia CIJ  di Kompleks Pendidikan CIJ, Ende, 1 Juni 2017


Solusi menuju kesejahteraan Rakyat Pesisir
Untuk menjembatani antara segenap potensi dan masalah di wilayah perikanan di NTT, maka pemerintah sebagai ujung tombak pemberdayaan masyarakat nelayan perlu memperhatikan empat hal.

Pertama, pemerintah propinsi NTT harus dengan tegas bersama kelima pemerintah propinsi kepulauan yang lain agar berjuang dengan sungguh-sungguh untuk mendapatkan kesejahteraan sebagai kewajiban Negara untuk mensejahterakan rakyat sebagaimana amanat UUD 1945. Hal itu harus dibuktikan dengan amandemen UU sebagai bentuk perlakuan khusus berdasarkan dana DAK dan DAU mencapai 75 %. Dengan demikian NTT dan 5 propinsi kepulauan lainnya bisa keluar dari dominasi zona continental, hanya berdasarkan luas daratan dan jumlah penduduk.


 gambar 6: Bersama ibu Helen Carvallo di depan rumahnya. Ibu Helen yang mengatur penginapan kontingen Flores Timur selama di Ende.


Gambar 7: Suasana pembukaan Final Sayembara Ayo Bangun NTT di Aula Gadi Djou, Universitas Flores Ende.dengan mengusung Tema Besar PANCASILA RUMAH KITA yang diikuti oleg 22 kabupaten/kota. Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh Bupati Ende Ir. Marselinus Petu. 


kedua, mengembangkan wilayah potensial kelautan dengan menyediakan sarana pendukung secara terus menerus dengan menggunakan anggaran pendamping dan fasilitas penyokong seluruh lingkaran tangkapan nelayan. Pemerintah tidak hanya menyediakan armada tangkap, melainkan juga menyiapkan armada pendukung pole and line yakni komunitas nelayan penyedia ikan umpan.

ketiga, menghentikan program pemberian bantuan dengan sistim pembagian fasilitas nelayan berdasarkan pemetaan politik. Melainkan memperhatikan tingkat kebutuhan riil masyarakat nelayan. Memberikan bantuan kepada kelompok nelayan berdasarkan sistim politik perkoncoan akan makin menenggelamkan mimpi kita bersama dan terus menambah catatan buram perikanan di Indonesia. Karena begitu banyak kapal akan tinggal di area parkir di pesisir pantai atau menjadi alat untuk menjadi sistim sewa kepada pihak ketiga untuk keuntungan sampingan. Sebab pemilik kapal bukan nelayan sejati melainkan nelayan gadungan yang dibentuk berdasarkan kepentingan sesaat alias perselingkuhan kekuasaan, tim suskses, dan pemilik modal yang telah mensuplay dana segar diperhelatan politik kekuasaan sempit.  

Keempat, perlu perombakan mentalitas sistem pemberian bantuan hiba berdasarkan peruntukkan bantuan. Adanya data yang tidak seimbang antara besarnya armada di perairan NTT dan minimnya pendapatan dari sub sektor kelautan di NTT memberikan awasan kepada para pihak, untuk mewaspadai sekaligus lampu kuning untuk orientasi dan motif dalam kebijakan tersebut. Perlu adanya perombakan mentalitas dari sistim kebijakan sejak dari hilir sampai ke hulu.

Oleh karena marilah kita membangun spirit untuk mengembangkan wilayah perikanan kita dengan semboyan terus membangun dan terus bekerja. Berjuang untuk NTT berjuang dengan baik dan benar sesuai tuntutan janji kemerdekaan Negara ini: mensejahterakan, melindungi, dan mencerdaskan segenap rakyat dan tumpah darah Indonesia. Mencintai NTT hari hari adalah mencintai Indonesia. Bentangan bahari yang luar biasa di hadapan kita belum sebanding dengan cara kita mengelola segenap potensial baik di Indonesia, NTT, maupun di Indonesia.

Mari kita mencintai Indonesia dengan mencintai pantai dan laut kita. Dirgahayu Pancasila!








Minggu, 30 April 2017

TAHUN EKOLOGI DI KEUSKUPAN LARANTUKA: DARI KOTA MENUJU KAMPUNG


 FOTO: Komitmen Membangun  Kemitraan Ekologis: Pers (Flores Pos), Gereja Paroki Hokeng (Pater Yosep Koten Harut SVD, OMK Paroki, Aparat Desa Duang dan Kampus STP Reinha Larantuka (suster carola CIJ)


Sejak Uskup Larantuka melaunching Tahun Ekologi Tingkat Keuskupan di Kabupaten Lembata pada tanggal 23 Februari 2017, maka serempak di setiap paroki di seluruh wilayah keuskupan Larantuka menyambut ajakan pemimpin Gereja lokal tersebut secara menyeluruh. Pembukaan tahun Ekologi di Lembata dimulai dengan misa bersama antara unsur pemerintah dan umat di Paroki Beneaux Lewoleba, ibukota Kabupaten Lembata. Sesudah perayaan misa dilanjutkan dengan penanaman anakkan pohon pucuk merah di halaman gedung gereja Paroki yang dilakukan oleh Bapa Uskup, Penjabat Bupati dan tokoh-tokoh agama sebagai bagian dari kemitraan bersama yang diharapkan oleh Bapak Uskup Larantuka, Mgr Frans kopong Kung Pr.


FOTO2: Wawancara Pers dengan Bapak Uskup Larantuka Mgr Frans Kopong Kung Pr. seusai acara pembukaan Tahun Ekologi di Kabupaten Flores Timur.


Program ekologi tersebut secara eksplisit dijabarkan keuskupan Larantuka melalui tema APP Tahun 2017: Selamatkan Ibu Bumi! Selanjutnya di setiap KBG dalam setiap paroki di wilayah Keuskupan Larantuka diselenggarakan Katakese Orang Dewasa (KATORDE) selama 5 minggu berturut-turut dalam masa prapaskah. Bahan yang menjadi wahana sharing iman umat dalam perspektif ekologi tersebut telah dipersiapkan oleh Sekretariat Pastoral (Sekpas) Keuskupan Larantuka. Demikianpun dalam tema yang sama dipersiapkan pula untuk katekese di sekolah-sekolah.





Kemitraan Gereja-Pemerintah yang telah dimulai di Pulau lembata pun terus dilanjutkan di Kabupaten Flores Timur dalam wilayah Keuskupan Larantuka. Pada awal Maret 2017, telah dicanangkan kemitraan ekologi antara Gereja dan Pemerintah kabupaten Flores Timur di bukit Fatima, Sandominggo. Acara tersebut diawali dengan perayaan ekaristi dan selanjutnya penanaman bersama anakkan pohon di pelataran Bukit Fatima oleh Bapak Uskup, penjabat Bupati, dan berbagai tokoh pemerintah.

Yoseph Sani Betan, ketua DPRD Flores Timur secara tegas menunjukkan makna kemitraan hari itu sebagai bagian dari program yang strategis. Menurutnya, “Komitmen ini disikapi pemerintah dalam program dan anggaran. Senergi antara pemerintah dan Gereja perlu dilakukan secara sinergi untuk kepentingan bersama” tandas Nani Betan, sebagaimana ia disapa. Untuk mendukung sikap ini, beliau akan mengajak mitra pemerintah agar memayungi program tersebut dalam produk hukum, dalam peraturan daerah (Perda).



FOTO 3: Penanaman anakkan di pinggir kali Kampung Duang, Kec Wulanggitang.


Bapak Uskup dalam sambutannya mengharapkan agar pemerintahan yang baru nanti akan turut membangun kerjasama. Keuskupan akan siap membangun kerjasama untuk masyarakat Flores Timur. Mgr Frans Kopong Kung juga mengucapkan terima kasih  kepada para guru yang telah mewariskan generasi muda, anak-anak didik, putra putri dengan nilai. Himbauan Bapa Uskup, “Dimulai dengan mencintai lingkungan, kebersihan, gerakan cinta lingkungan hidup. Peran keluarga penting untuk mengembangkan” ujar Uskup Frans. Untuk mendukung program ini, harap pemimpin Gereja lokal ini agar disediakan kotak sampah di tiap-tiap rumah.

Estafet semangat Tahun ekologi ini terus bergulir. Paroki Santa Maria Ratu semesta Alam Hokeng pun telah menetapkan gerakan Tahun Ekologi Tahun 2017. Pencanangan Tahun Ekologi Tingkat Paroki telah ditetapkan dan diselenggarakan hari Minggu 19 Maret 2017. Kegiatan ini berlangsung di Stasi Duang atas kerjasama Paroki, Stasi, aparat desa, dan kampus STP Reinha Larantuka melalui agenda rekreasi ekologi. Pencanangan tersebut dilakukan dengan menanam pohon umur panjang di sepanjang kali dekat mata air di desa Duang, yang berjarak kurang lebih 600 meter dari kampung Duang. Kegiatan tersebut diawali dengan membangun komitmen bersama dan dicatat untuk ditindaklanjuti sebagai sebuah gerakan di KBG, Stasi dan di tingkat Paroki.


FOTO 4: Kali hidup yang mengalir sepanjang Tahun di desa Duang. Menyimpan Potensi Wisata yang belum disentuh untuk Ekowisata. Tantangan serentak Peluang.

Untuk membangun gerakan tersebut, maka Pater Yosep Koten Harut, SVD, yang biasa disapa Pater Yoskot, selaku tim pastor Paroki Hokeng meneguhkannya dalam berkat apostolisnya dihadapan kaum muda desa Duang dan para Mahasiswa STP Reinha Larantuka dan disaksikan oleh aparat pemerintah Desa, Ketua sekolah STP Reinha Larantuka dan tokoh Pers. Kegiatan tersebut diliput secara khusus oleh Radio pemerintah Daerah  (RPD) Flores Timur, yang dihadiri oleh staf RPD Flotim, Selfi Belang dan Wartawan Flores Pos, Wentho Aliando.


Kegiatan ini berlangsung dalam agenda weekend Kampus STP Reinha Larantuka tanggal 17-19 Maret 2017 di Paroki Santa Maria Ratu Semesta Alam Hokeng.  Weekend Kampus tersebut melibatkan 87 mahasiswa dan 7 pendamping mahasiswa. Adapun agenda yang dilaksanakan bersama umat di pusat Paroki Hokeng plus stasi Hokeng tersebut meliputi pastoral keluarga, pastoral sekolah, pastoral kaum muda, katekese ekologi, pastoral liturgi, dan rekreasi ekologi. 





Senin, 03 April 2017

WEEKEND STP REINHA LARANTUKA: PASTORAL BERBASIS DATA



Weekend adalah salah satu kegiatan pastoral di Sekolah Tinggi Pastoral Reinha Larantuka. Kegiatan  ini dilaksanakan pada hari sabtu dan minggu. Tujuan dari kegiatan weekend adalah melatih mahasiswa untuk mengembangkan dan menggali semangat hidup berpastoral. Asumsi pastoralnya adalah mahasiswa berasal dari umat, oleh umat dan untuk umat. Sebagai calon pekerja pastoral, sejak dini, mereka diperkenalkan dengan hal ikhwal tugas-tugas hidup menggereja, baik dalam bidang katekese, pastoral kunjungan, pastoral sekolah, liturgi, maupun pelayanan ke kelompok-kelompok kategorial lainnya.


Foto 1: Gedung gereja Paroki Santo Antonius Padua Leworahang.


Agenda weekend tersebut dicantumkan dalam kalender akademik sehingga menjadi salah satu prioritas untuk mendapat perhatian. Untuk melaksanakan kegiatan akademik ini, sebuah biro khusus pelayanan ditempatkan dalam struktur kelembagaan STP Reinha Larantuka. Biro yang menangani bidang ini disebut Biro Pelayanan Kemahasiswaan. Tugas ini dilaksanakan dalam sebuah Tim. Tugas biro adalah merancang program, membangun komunikasi dengan paroki calon weekend, dan mempersiapkan Mahasiswa untuk melaksanakan kegiatan dimaksud.

Foto 2. Mahasiswa menuju tempat weekend di Paroki Leworahang.


Program ini sudah dirancang sebelum aktifitas pembelajaran di setiap semester dalam tahun akademik berlangsung. Sehingga diharapkan aktifitas akademik ini mendapat perhatian semua civitas, baik dosen, para pegawai, dan senat mahasiiswa. Kegiatan weekend ini melibatkan juga para dosen dan pegawai. Partisipasi dosen dan staf pegawai sangat diharapkan untuk mendampingi mahasiswa di tempat kegiatan.

Dalam semester Gasal tahun akademik 2016/2017, weekend pastoral telah dilaksanakan di Paroki Santo  Antonius Padua Leworahang. Di sana kegiatan weekend berlangsung selama dua minggu berturut-turut di empat stasi di wilayah paroki. Mahasiswa tiba hari sabtu dan kembali gari minggu. Pada weekend pertama Mahasiswa ditempatkan di stasi Leworahang dan stasi Kawaliwu pada tanggal 26 dan 27 November 2016. Dan minggu berikutnya tanggal 3 dan 4 Desember 2017 di stasi Lewobele dan Stasi Serinuho.

foto 3: Pertandingan Bola Volley persahabatan. OMK Putra dan Mahsiswa Putra.


 
Foto 4: aktifitas  mengumpulkan dan melaporkan data Paroki di halaman pastoran paroki bersama Pastor Paroki Leworahang, Romo Eman Temaluru, Pr.


Rm. Emanuel Temaluru Pr atau biasa di sapa Romo Eman, dalam kesempatan konsultasi rencana kegiatan, meminta kerjasama secara khusus agar dalam week end kampus STP kali ini, mahasiswa didampingi staf membantu salah satu program Paroki yakni melakukan pendataan umat secara menyeluruh di empat stasi dalam dua tahap. Tujuan kegiatan tersebut untuk membantu pastoral berbasis data di paroki Santo Antonius Leworahang. 
Foto 5: Pertandingan Persahabatan Volly Putri


Disamping itu mahasiswa melakukan kegiatan pastoral kunjungan, pertandinga olaraga persahabatan, ibadat bersama umat di KBG-KBG, kegiatan SEKAMI dan OMK di setiap stasi. 

Senin, 13 Maret 2017

OBITUARI: PATER NORBERT BETAN, SVD

Imam Untuk Orang-orang Kecil, Miskin, dan Tak Berdaya

Refleksi Program Peningkatan Hasil Bumi (PHB) 


Gbr 1. Misa Pencangan Program di Kantor BP Konga Kecamatan Titehena


Pagi itu menjelang siang pkl 10:00, hari Kamis, 7 April 2011, matahari mulai menampakkan sinar teriknya di persawahan Konga.  Namun itu tidak menyurutkan langkah kaki ratusan masyarakat petani tiga desa yaitu desa Konga, desa Kobasoma dan desa Lewolaga untuk berkumpul di Kantor Balai Peyuluhan Pertanian (BPP) Konga di Kecamatan Titehena, kabupaten Flores Timur-NTT.


Anak-anak, kaum muda dan orang dewasa menyatu di pusat Balai Penyuluhan Kecamatan Titehena. Tempatnya yang strategis di pinggir jalan Negara Larantuka-Maumere menambah kesan sebuah event akan berlangsung.


Gbr 2. Rakyat Petani menyatu mengikuti perayaan Misa dan Pembukaan pencanagan Program P2KN.


Dipadu dengan berjejernya umbul-umbul  di sepanjang jalan masuk ke Balap Penyuluhan dan beberapa baliho bertuliskan tema kegiatan melatari tempat pertemuan, menambah “ramai’ suasana pagi itu. Letak kantor Balai Penyuluhan pertanian di tengah areal  persawahan menambah pesona momentum agenda kerakyatan ini.


Hari itu tidak seperti biasanya yang mereka lakoni dalam keseharian hidupnya. Sehari-hari para petani bergumul dengan areal pematang sawah. Mereka juga tidak  sedang memadati Balai Penyuluhan untuk mendengarkan penyuluhan dari petugas penyuluh pertanian kecamatan atau mendengarkan sosialisasi program pertanian dari petugas kabupaten, melainkan mereka berduyun-duyun datang untuk menghadiri perayaan iman dalam misa bagi petani persawahan Konga.


Para petani datang membawa hasil bumi mereka untuk dipersembahkan kepada Tuhannya dan membawa bibit-bibit padi unggul untuk diberkati dalam perayaan misa tersebut.



Gbr 3. Penyemprotan OBUKI cair untuk merangsang pertumbuhan padi. berdiri dari kanan, Kadis Pertanian, Camat Titehena, Pendampng ahli P2KN, Pater Norbert, dan Kepala desa Lewolaga kecamatan Titehena.


Serempak hari itu juga sesudah perayaan misa syukur, para petani mengikuti “Pembukaan Program Peningkatan Hasil Bumi (PHB) Flobamora di Persawahan Konga dan aplikasi pupuk Organik Obuki”.


Kegiatan bagi Petani persawahan Konga tersebut merupakan kerjasama antara PT Dragon Computer, PADMA Indonesia dan P2KN (Program Peningkatan dan Kemakmuran Negeri) Bersama Dinas Pertanian Kabupaten Flores Timur dan Kantor Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Kabupaten Flores Timur.  Lahan persawahan yang dianimasi adalah 150 Ha dengan target pendampingan kepada 305 pemilik lahan persawahan. Waktu program yakni sejak persiapan, penanaman dan masa panen.


Acara Peluncuran Program PHB hari itu dibuka secara resmi oleh Bupati Flores Timur yang diwakili oleh Kepada Dinas Pertanian Flores Timur, Ir Antonius Wukak Sogen dan didukung penuh oleh kehadiran pimpinan dan staf penyuluh Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Kabupaten Flores. 


Kegiatan tersebut merupakan concern PADMA Indonesia untuk masyarakat petani sawah di Konga. Secara terencana telah dilaksanakan kerjasama pendahuluan yang diawali dengan Komunikasi informal dan formal kepada Dinas Pertanian dan Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan kabupaten. Koordinasi selanjutnya dilakukan di tingkat staf BPP Konga.

Gbr 4. Sosialisasi program P2KN bersama kepala desa Kobasoma di hadapan Poktan dan Gapoktan desa Kobasoma.


Kemudian Tim yang terdiri dari Direktur PADMA Indonesia dan staf, Penyuluh ahli Organik dari PT OBUKI Jakarta berturut-turut melakukan sosialisasi program PHB Flobamora kepada Gabungan Kelompok Pertanian (Gapoktan) di desa Konga (31 Maret 2011), Kobasoma (1 April 2011), dan desa Lewolaga, 3 April 2011. Sosialisasi Program tersebut difasilitasi oleh kepala desa setempat.

Program peningkatan hasil bumi melalui P2KN di Flores Timur tersebut dilanjutkan di Persawahan Adonara Barat. Tujuan program pendampingan di sana adalah pendampingan bantuan aplikasi pupuk Organik ke Petani Binaan Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Kabupaten Flores Timur.

PROFIL PERJUANGAN SANG IMAM!

Tokoh dibalik peristiwa hari itu adalah Pater Norbert Betan SVD sang penggagas Program PHB Flobamora. Dia adalah anggota serikat Sabda Allah, Societas Verbi Divini (SVD). Sebagai seorang biarawan Katolik, anggota SVD provinsi Jawa dan pendiri Lembaga PADMA Indonesia.  


Apakah peristiwa iman di tengah persawahan Konga itu adalah prosesi liturgi Katolik atau dalam pembukaan program itu hanya sebuah acara protekoler? Jawabannya serempak sebuah pertanyaan mendahuluinya, sebetulnya siapakah profil seorang Norbert Betan, SVD!


Ibarat menyusun sebuah puzzle di tengah rangkaian puzzle, sejak ditahbiskan menjadi imam Katolik pada 25 Juni 1983 sampai ia menghembuskan napas terakhirnya-dipanggil Sang Khalik, 21 Januari 2017 pkl 19.20 WIB. Norbert Betan, Putra Waibalun telah memulai satu langka kecil di tengah langkah-langkah lanjutan dirinya menyusun puzzle hidupnya yang utuh. 


Sebuah langkah di sekian langkah besarnya pernah ia tapaki juga di sini di sudut Flores Timur tanah kelahirannya. Sang imam Tuhan ini telah melihat, mendengar  dan merasakan menyaksikan, mengidentifikasi peluang serempak tantangan komunitas rakyat petani untuk menghidupi ekonomi rumah tangga keluarga, ekonomi masyarakat Flores Timur sebagai NTT tentunya.


Keberpihakkan kepada rakyat kecil ini ibarat sebuah gerbong di antara rangkaian gerbong yang ditarik oleh  lokomotif spirit perjuangan almarhum, yang di setiap stasiun kehidupannya mengantar para penumpang ke tempat tujuan mereka. Hal mana di setiap gerbong itu, seorang Norbert hanya pastikan semua penumpangnya terlayani, selamat dan bahagia.


Berpulangnya Pater Norbert Betan, SVD seorang Pastor Tarekat Serikat Sabda Allah seakan menghentak para penggiat kemanusiaan dan pencinta Lingkungan Hidup. Pembelaannya terhadap Korban persekongkolan‘drama penyaliban’ Fabianus Tibo, Cs dan perjuangannya terhadap korban Gempa di Ace serta komitmennya terhadap korban-korban kemanusiaan lainnya menghentakkan semua orang. Seperti Sabda Yesus, Pater Norbert memang telah pergi, namun gerakkan kemanusiaannya telah mengobarkan “api” ke dalam bara hati para pejuang kemanusiaan.  


Menurut saya ada tiga kekuatan refleksi aksi Pater Norbert Betan SVD di persawahan Konga dan persawahan Adonara Barat. Pertama, Norbert Putera Waibalun ini sangat memahami ada tiga kekuatan besar sebagai penyokong pembangunan bangsa ini, yakni Negara-Rakyat-Pemilik Modal. Atau dalam bahasa SAGKI 2005 sebagai tiga poros yang menentukan keadaban publik, yakni Badan Publik, Pasar dan komunitas. Yang mana ketiganya adalah arena utama kegiatan dan relasi kita sebagai warga negara dan secara bersama-sama menyangga tatanan kehidupan berbangsa. Pater melihat harus ada gerakan dari “bawah” menganiamasi petani. Karena yang membutuhkan akses informasi dan akses program adalah para petani  yang harus terus ditopang oleh para pihak penentu kebijakan yakni pemerintah Flores Timur yang peduli terhadap program pemberdayaan rakyat, disamping para pemilik modal yang memiliki hati untuk rakyat kecil, kaum petani.


Untuk itulah seorang Norbert berhasil menyatukan dan memfasilitasi perjumpaan para badan publik antara pemerintah dan para pemilik pasar modal yang concern dengan kesejahteraan Rakyat. Karena makna ini jauh lebih dari sekedar di mana dan kapan kegiatan itu terjadi. Hanya soal kebetulan berlangsung di Flores Timur. Keberhasilannya adalah kesanggupannya mempertemukan Negara-Pemilik Modan dan Rakyat sebagai muara kesejahteraan itu sendiri. Mereka berjuang bersama menegakkan nilai-nilai keadilan, perdamaian dan keutuhan ciptaan. Pater telah menarik gerbong keberpihakan pemangku kebijakan publik untuk menepati janji kemerdekaan Negara ini, dengan mendorong kesejahteraan rakyatnya.


Untuk menapaki langkah pelayanan pastoral tersebut, ia didukung penuh oleh Konggregasi Sabda Allah (SVD). Berbekal Motto Tahbisan imamatnya, "Tuhan Memerlukannya" (Luk 19:31), Norbert juga diutus tarekat untuk menegaskan komitmen di jalur on going formation, studi lanjut ke Filipina untuk kursus di Asian Religious Formation Institute (ARFI) Antipolo (1992-1993), dan mengikuti studi Program Doktoral Catholic Theological Union (CTU) di Chicago Amerika Serikat (1997-2000).


Kedua, berjuang sampai batas terakhir hidup. Concern kepada keadilan dan kebenaran adalah soal aksi bukan retorika. Dia membutuhkan langkah bukan menonton. Ketika bersama orang miskin pater tergerak untuk menolong dan ‘berada’ bersama, ketika berada bersama rakyat dan umat pinggiran, seorang Norbert Betan memikirkan dan menggerakkan sistim. Pater anggota serikat Sabda Allah ini memikirkan, merancang dan terlibat menggerakkan. Itu dibuktikannya dalam berbagai lembaga pelayanan yang dipercayakan oleh tarekatnya, SVD Propinsi Jawa. 


Motivasi melayani rakyat kecil, miskin dan tertindas adalah cita-cita teguh sang imam Allah ini. Hal itu diketahui sejak ia mendirikan Lembaga PADMA Indonesia. Bersama rekan-rekannya ia mendirikan sebuah lembaga otonom yang berfungsi sebagai sebuah badan hukum untuk membantu orang-orang kecil yang cukup banyak kali mengalami ketidakadlan dalam hidup mereka. Pendirian lembaga ini disebabkan oleh adanya banyak pengalaman ketidakadilan yang menimpa orang-orang kecil, miskin, dan tak berdaya di daerah-daerah.


Ia dipercayakan melayani umat Allah di Paroki dan Lembaga-lembaga Nasional dan Internasional meliputi paroki: St Petrus Sorong, Papua (Th 83-85), Paroki St Maria Palangkaraya (Th 85-88), Paroki Kristus Raja Pangko (Th 86-88), Paroki Ave Maria Kalimantan Selatan (Th 88-90, Paroki KatedralnKeluarga Kudus Banjarmasin, Paroki St.Alfonsus Rodriques Pademangan Jakarta Utara (Th 93-97). Norbert dipercayakan berbakti di Lembaga Komsos Sorong Papua Barat (Th 84-85), PSE Keuskupan Banjarmasin (Th 89-92), Sekretaris Komisi Keadilan dan perdamaian KWI (2001-2005), Komisi Justice, Peace and Integrity of Creation (JPIC Propinsi Jawa (Th. 2000 - ), Direktur PADMA (Th 2002 - ).Konferensi WaliGereja Indonesia, dan berbagai lembaga Nasional dan Internasional.


Untuk itulah Norbert, seperti Sang Sabda, gurunya. Ia siap disalah artikan atas perjuangannya oleh siapapun yang kemapanannya harus diganggu oleh seorang Norbert. Yang memang tidak pernah takut dengan siapapun yang telah mencederai kemanusiaan dan ciptaan-Nya. Moto tahbisannya telah ia hayati sepanjang hidupnya, “Tuhan memerlukannya” (Luk 19:31). Ia telah memulainya dan berjuang sampai tapal batas akhir perjuangan.


Ketiga, semua orang dipanggil untuk membangun dunia yang sesuai dengan kehendak Allah. Karena untuk itulah Norbert telah diciptakan. Dengan siapapun dan kapanpun ia membangun komunikasi dan komitmen. Pater Norbert Betan telah menembusi aneka perbedaan karena ras, agama, kebudayaan, sosial dan ekonomi. Ia bergaul dengan siapa saja yang berkehendak baik. Ia duduk bersama untuk mendengar, berdiri bersama untuk berjalan, dan mengubah bersama untuk keadilan, berdamaian dan keutuhan ciptaan-Nya. Sehingga diakhir refeksi 25 tahun Imamatnya, Norbert telah berucap: Bersyukurlah kepada Tuhan sebab Ia baik, kekal abadi kasih setia-Nya (Mzm118:1). Pater telah mendarma baktikan hidup untuk orang kecil yang disingkirkan, yang dianiaya, dan menjadi korban persekongkolan jahat.


Sungguh bukan berapa lama, tetapi betapa dalam memaknai sang Imam Tuhan, misionaris Sang Sabda, Norbert Betan, SVD. Terima kasih Om Tuang!