Selamat Datang Di Blog KRISANTUS M. KWEN

Minggu, 20 September 2015

STP REINHA LARANTUKA: MISA PEMBUKAAN TAHUN AKADEMIK 2015-2016



“Mempertajam Akal Budi dan Meningkatkan Kebijaksanaan”

Memasuki tahun akademik 2015/2016, Sekolah Tinggi Pastoral (STP) Reinha Larantuka memulai kegiatan akademik dengan merayakan misa pembukaan perkuliahan dan Kuliah Umum. Misa pembukaan kuliah ini dipimpin oleh Pater Petrus Tukan, SVD yang dilangsungkan di kapela kampus STP Reinha Larantuka (3/8/2015). Mengawali kotbahnya, Pater Pit, demikian sapaan imam tarekat SVD ini, menjelaskan sejarah penetapan bulan September sebagai Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN) dan minggu pertama dalam bulan ini sebagai minggu Kitab Suci. "Antara Oktober 1962 sampai dengan Desember 1965, dalam masa sidang-sidang Konsili Vatikan II,  Kitab suci dibuka selebat-lebarnya. Seluruh umat diharapkan untuk semakin tekun membaca kitab suci. Untuk itu diperlukan, agar Kitab Suci diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa di dunia" demikian menurut Pater Pit. Lanjutnya, di Indonesia, dibuat kerjasama antara Gereja Kristen dan Gereja Katolik. Kitab Suci diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan menyediakan edisi lengkap pada tahun 1976. Sejak 1977, secara lebih spesifik, Gereja Katolik Indonesia, menetapkan minggu pertama bulan September sebagai minggu Kitab Suci Nasional. Maka dibuatlah berbagai lomba berkaitan dengan Kitab Suci sepanjang bulan September. Maksud utamanya adalah supaya umat makin mencintai Kitab Suci, dengan membaca, mendengarkan, merenungkan, dan melaksanakan sabda Tuhan.

Kebaikan Allah Menjadi Sangat Nyata

Dalam Kotbahnya, Pater Pit memperlihatkan kembali relevansi teks Kitab Suci dalam koteks aplikasi kehidupan nyata. Dalam Kitab Ulangan, Musa menasihati umat Israel, supaya mereka hidup dan melakukan dengan setia perintah Tuhan. Sebab itulah yang akan menjadi kebijaksanaan akan akal budi mereka di mata bangsa-bangsa lain. Tandas Pater Pit lagi, "Kesatuaan mendengarkan Sabda Tuhan, oleh Musa dikaitkan dengan jati diri kita sebagai orang yang bijaksana dan berakal budi. mendengarkan Sabda Tuhan dengan baik, akan mempertajam kebijaksanaan akal budi kita. Hal demikian diperlukan untuk memahami, mendengarkan, dan melaksanakan Sabda Tuhan itu dengan baik", demikian Pater Pit untuk melihat kontekstualisasi antara makna teks dan relevansi kehidupan manusia saat ini.
Dalam injil Lukas 5: 5-11, tokoh Petrus hadir sebagai manusia yang patut direnungkan. Petrus yang ragu karena sempat gagal, ia semalaman tidak mendapatkan apa-apa. Tetapi karena Petrus merendahkan diri, “Tuhan, pergilah dari padaku karena aku seorang berdosa", Tetapi Yesus menjawab "Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan penjala manusia". Menurut Pater Pit, akhir kisah ini patut direnungkan dua hal. Pertama, biarlah perahu dirimu dipakai oleh Tuhan untuk mewartakan Sabda Tuhan. Membiarkan tubuh dan jiwa mendapatkan sumber kebahagiaan karena Yesus sendiri bersemayam di sana. Kedua, berhadapan dengan kebaikan Allah dalam hidup, hendaklah kita bersikap rendah hati seperti Petrus. Yang menyadari ketidakberdayaan dan keberdosaannya, tetapi rahmat Allah telah memenuhinya. Sebab di dalam kekwatiran kita, kebaikan Allah menjadi sangat nyata. Mengikuti Yesus tidak hanya berarti bahwa kita percaya akan Allah, melainkan kita juga merasakan pengampunan dan kebaikan Allah. Sesungguhnya kitalah yang membutuhkan Allah dari pada Allah yang membutuhkan kita. Semuanya demi keselamatan kita. Kata-kata dan perbuatan kita adalah jalan yang membawa orang kepada Yesus, demikian Pater Pit.

Petrus : Model berpastoral Civitas STP Reinha Larantuka
Di akhir renungan dalam khotbahnya kepada Civitas STP Reinha Larantuka, Pater Pit, seraya mengingatkan peritiwa panggilan Petrus tersebut. Civitas diibaratkan senantiasa memperbaiki jala hidupnya. Dan dalam tema Bulan Kitab Suci Nasional tahun ini, “Keluarga Melayani seturut Sabda Allah”, keluarga melayani karena dia beriman. Petrus yang ragu, tapi dalam hatinya ada seberkas harapan karena ada kerendahan hatinya, “Guru, telah sepanjang semalam kami bekerja keras, dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga”. Kita diharapkan selalu rendah hati seraya tetap mengayam jala dalam kata dan perbuatan, agar semakin banyak orang mengikuti Yesus. Jala tersebut demikian Pater Pit, sebagaimana pengalaman dunia pendidikan, hendak dianyam dalam tiga kompetensi seorang petugas pastoral, yakni kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogi, dan kompetensi profesional. Demikianlah tokoh Petrus dalam Kitab suci, dapat menjadi inspirasi dalam tahun akademik ini. Dia menjadi model pemberita Injil dalam keluarga besar civitas akademika Sekolah Tinggi Pastoral Reinha Larantuka. AMDG





Tidak ada komentar:

Posting Komentar