“Mempertajam Akal Budi
dan Meningkatkan Kebijaksanaan”
Memasuki
tahun akademik 2015/2016, Sekolah Tinggi Pastoral (STP) Reinha Larantuka
memulai kegiatan akademik dengan merayakan misa pembukaan perkuliahan dan
Kuliah Umum. Misa pembukaan kuliah ini dipimpin oleh Pater Petrus Tukan, SVD
yang dilangsungkan di kapela kampus STP Reinha Larantuka (3/8/2015). Mengawali
kotbahnya, Pater Pit, demikian sapaan imam tarekat SVD ini, menjelaskan
sejarah penetapan bulan September sebagai Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN) dan
minggu pertama dalam bulan ini sebagai minggu Kitab Suci. "Antara Oktober
1962 sampai dengan Desember 1965, dalam masa sidang-sidang Konsili Vatikan
II, Kitab suci dibuka selebat-lebarnya. Seluruh
umat diharapkan untuk semakin tekun membaca kitab suci. Untuk itu diperlukan,
agar Kitab Suci diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa di dunia" demikian menurut Pater Pit. Lanjutnya, di Indonesia, dibuat kerjasama antara Gereja Kristen dan Gereja Katolik.
Kitab Suci diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan menyediakan edisi
lengkap pada tahun 1976. Sejak 1977, secara lebih spesifik, Gereja Katolik
Indonesia, menetapkan minggu pertama bulan September sebagai minggu Kitab Suci
Nasional. Maka dibuatlah berbagai lomba berkaitan dengan Kitab Suci sepanjang
bulan September. Maksud utamanya adalah supaya umat makin mencintai Kitab Suci,
dengan membaca, mendengarkan, merenungkan, dan melaksanakan sabda Tuhan.
Kebaikan Allah Menjadi Sangat Nyata
Dalam
Kotbahnya, Pater Pit memperlihatkan kembali relevansi teks Kitab Suci dalam
koteks aplikasi kehidupan nyata. Dalam Kitab Ulangan, Musa menasihati umat
Israel, supaya mereka hidup dan melakukan dengan setia perintah Tuhan. Sebab
itulah yang akan menjadi kebijaksanaan akan akal budi mereka di mata
bangsa-bangsa lain. Tandas Pater Pit lagi, "Kesatuaan mendengarkan Sabda Tuhan, oleh Musa dikaitkan dengan
jati diri kita sebagai orang yang bijaksana dan berakal budi. mendengarkan Sabda Tuhan dengan baik, akan mempertajam kebijaksanaan akal
budi kita. Hal demikian diperlukan untuk memahami, mendengarkan, dan
melaksanakan Sabda Tuhan itu dengan baik", demikian Pater Pit untuk melihat kontekstualisasi antara makna teks dan relevansi kehidupan manusia saat ini.
Dalam
injil Lukas 5: 5-11, tokoh Petrus hadir sebagai manusia yang patut direnungkan. Petrus yang ragu karena sempat gagal, ia semalaman tidak mendapatkan apa-apa. Tetapi
karena Petrus merendahkan diri, “Tuhan, pergilah dari padaku karena aku seorang
berdosa", Tetapi Yesus menjawab "Jangan takut, mulai dari sekarang
engkau akan penjala manusia". Menurut Pater Pit, akhir kisah ini patut direnungkan dua hal. Pertama, biarlah perahu dirimu dipakai oleh Tuhan untuk
mewartakan Sabda Tuhan. Membiarkan tubuh dan jiwa mendapatkan sumber
kebahagiaan karena Yesus sendiri bersemayam di sana. Kedua, berhadapan dengan kebaikan Allah dalam hidup, hendaklah kita
bersikap rendah hati seperti Petrus. Yang menyadari ketidakberdayaan dan
keberdosaannya, tetapi rahmat Allah telah memenuhinya. Sebab di dalam kekwatiran
kita, kebaikan Allah menjadi sangat nyata. Mengikuti Yesus tidak hanya berarti bahwa
kita percaya akan Allah, melainkan kita juga merasakan pengampunan dan kebaikan
Allah. Sesungguhnya kitalah yang membutuhkan Allah dari pada Allah yang
membutuhkan kita. Semuanya demi keselamatan kita. Kata-kata dan perbuatan kita
adalah jalan yang membawa orang kepada Yesus, demikian Pater Pit.
Petrus : Model berpastoral Civitas STP Reinha Larantuka
Petrus : Model berpastoral Civitas STP Reinha Larantuka
Di akhir
renungan dalam khotbahnya kepada Civitas STP Reinha Larantuka, Pater Pit, seraya
mengingatkan peritiwa panggilan Petrus tersebut. Civitas diibaratkan senantiasa
memperbaiki jala hidupnya. Dan dalam tema Bulan Kitab Suci Nasional tahun ini,
“Keluarga Melayani seturut Sabda Allah”, keluarga melayani karena dia beriman.
Petrus yang ragu, tapi dalam hatinya ada seberkas harapan karena ada kerendahan
hatinya, “Guru, telah sepanjang semalam kami bekerja keras, dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga”. Kita diharapkan selalu rendah
hati seraya tetap mengayam jala dalam kata dan perbuatan, agar semakin banyak
orang mengikuti Yesus. Jala tersebut demikian Pater Pit, sebagaimana pengalaman
dunia pendidikan, hendak dianyam dalam tiga kompetensi seorang petugas
pastoral, yakni kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogi, dan kompetensi
profesional. Demikianlah tokoh Petrus dalam Kitab suci, dapat menjadi inspirasi
dalam tahun akademik ini. Dia menjadi model pemberita Injil dalam keluarga
besar civitas akademika Sekolah Tinggi Pastoral Reinha Larantuka. AMDG
Tidak ada komentar:
Posting Komentar