Agama sebagai salah satu institusi di dalam
masyarakat ikut membentuk dan menentukan pranata sosial, selanjutnya
terus membentuk elemen hidup bernegara. Negara, agama, dan adat adalah poros
pembentuk hidup bersama. Hal tersebut disadari betul oleh wakil Bupati Flores
Timur, Agustinus Payong Boli, SH ketika membuka acara 65 Tahun Paroki San Juan
Lebao Tengah, Keuskupan Larantuka, Minggu (11/6/2017).
“Mari kita membangun pemerintah, adat, dan agama
yang terhimpun dalam tujuh nagi. Ini suatu keistimewaan yang dimiliki paroki
ini. Karena itu marilah kita berharap ketiga batu tungku ini sama kuat dan sama
sejajar untuk bekerjasama dan sama-sama bekerja untuk memajukan wilayah kita
ini”, demikian tandas bapak wakil bupati.
Refleksi perayaan ini, demikian harap Agus Boli,
generasi San Juan harus sanggup menjaga nilai; tinggalkan mentalitas judi,
persatuan internal antar umat Katolik dan eksternal antar umat yang beragama
lain di paroki San Juan, dan nilai regenerasi untuk tumbuhkan generasi muda
sebagai aset yang kuat. Selanjutnya Agus Boli mengajak orang tua tujuh nagi
mendorong masyarakat untuk mendukung program pemerintah dengan membangun hidup
bersama sebagai umat dan masyarakat.
“Bagi saya bukan sekedar lomba-lomba melainkan nilai
yang harus hidup di tengah masyarakat dan umat kita, mari tumbuhkan nilai itu”
pungkas Agus Boli.
Pada akhir sambutan, Payong Boli atas nama Bupati
mengucapkan profisiat dan mendukung perayaan syukur ini. menurutnya, sebagai
pemerintah akan selalu hadir dan sama-sama kerja untuk membangun bangsa dan
Negara. Acara ini mengawali rangkaian kegiatan syukur dan kegiatan iman yang
memuncak pada perayaan misa syukur yang bertepatan dengan HUT Paroki pada
tanggal 24 Juni 2017.
Simbolisasi pembukaan acara syukur tersebut ditandai
dengan pembukaan tirai logo 65 Tahun Paroki San Juan dan pelepasan sepasang
burung merpati oleh Pasto Paroki San Juan, Romo Pascalis Hokeng, Pr dan wakil
Bupati Flores Timur, Agustinus Payong Boli, disaksikan oleh Ketua DPP San
Juan Frans Uje Fernandez, tokoh adat, tokoh umat dan ribuan umat yang hadir dalam
acara pembukaan tersebut.
Salah satu ciri budaya yang melekat pada paroki San
Juan Lebao Tengah, Keuskupan Larantuka adalah paroki ini memiliki kearifan
budaya “Tujuh Nagi”atau “Tujuh Kampung”. Ke-7 Kampung ini meliputi nagi Gege,
nagi Lebao, nagi kampung Tengah, nagi Riang Nyiur, nagi Tabali, nagi Kota
Rowido, dan nagi Kota Sau. Setelah agama Katolik menetapkan wilayah
administrasi di wilayah paroki ini, nama kampung juga ditetapkan menjadi nama
lingkungan. Maka jadilah lingkungan Gege, Lingkungan Lebao, lingkungan Kampung
Tengah, lingkungan Riang Nyiur, lingkungan Kota Rowido dan lingkungan Kota Sau.
Di saat perayaan syukur 65 tahun ini, Paroki
San Juan telah memekarkan 4 lingkungan baru, sehingga paroki ini memiliki 11
lingkungan. Walau demikian tidak menambah nomenklatur lingkungan baru, tetapi
memakai kearifan 7 nagi, dan hanya memekarkan setiap lingkungan. Misalnya
lingkungan Lebao II, lingkungan Kota Rowido I dan II, dan lingkungan Kota Sau
II. Pusat kebudayaan kristiani di 7 Nagi ini menjadikan Kapela sebagai pusat
konsentrasi dalam perayaan ritual adat dan perayaan liturgis.
Menariknya, pemerintah kabupaten Flores Timur di
kecamatan Larantuka kota, tetap memperhatikan kearifan budaya setempat. Ketika
memekarkan wilayah kelurahan, masih menggunakan akronim dari tujuh nama kampung
ini. Kearifan ini masih disandingkan dan melekat ke dalam nama kelurahan.
Misalnya Kelurahan SAROTARI Yaitu akronim dari nama kampong kota SAu, kampong
kota ROwido, kampong TAbali, dan kampong RIang nyiur. Ketika dimekarkannya kelurahan
Sarotari, tetap memakai nomenklatur Sarotari, yaitu kelurahan Sarotari Tengah
dan Kelurahan Sarotari Timur. Sementara ketiga kampung yang lain; Gege, Lebao
dan Kampung tengah membentuk kelurahan Puken Tobi wangi Bao.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar