Gambar 1: Kontingen Final Sayembara Ayo Bangun NTT (SABN) yang mewakili Flores Timur, berasal dari Desa Waiburak Adonara Timur berpose setelah mengikuti apel hari Pancasila 1 Juni 2017 di lapangan Pancasil, Ende. SABN diselenggarakan oleh Yayasan Tunas Muda Indonesia yang dipimpin Bapak Melki Laka Lena.
PENGANTAR
Derap pembangunan di wilayah
Indonesia Timur terus berlanjut di erah pemerintahan Jokowi. Segenap potensi
daerah terus dikembangkan baik di darat maupun di laut. Jika provinsi NTT
termasuk di dalam wilayah provinsi kepulauan di Indonesia, maka itu menandakan
bahwa wilayah laut di NTT sangat luas jika dibandngkan dengan luas daratan. Kondisi
ini adalah berkat dari Tuhan sekaligus potensial yang perlu dikembangkankan. Sejak
tahun 2005 isu propinsi kepulauan telah didengungkan dan NTT termasuk di dalam
enam wilayah potensial tersebut bersama Maluku, Maluku Utara, Sulawesi Utara,
Kepulauan Riau dan kepulauan Bangka Belutung.
MENDUKUNG NTT PROPINSI KEPULAUAN
Enam provinsi yang bergabung ke dalam
kelompok provinsi kepulauan tersebut berdasarkan gagasan, yakni kecilnya dana
alokasi umum (DAU) dan dana alokasi khusus (DAK) yang diberikan pemerintah.
Sebab, perhitungannya berdasar pikiran continental
yaitu penentuan formulanya hanya memperhitungkan luas wilayah daratan dan
jumlah penduduk. Sedangkan apabila diperlakukan khusus bisa memperoleh DAU dan
DAK yang lebih besar hingga meningkat 75 persen. Jika perhitungan berdasarkan
perlakuan khusus maka dana potensial berdasarkan luas wilayah laut akan sangat
membantu mempercepat tingkat kesejahteraan masyarakat NTT tentunya.
Dengan luas wilayah laut di NTT sendiri mencapai
200.000 km2, maka wacana provinsi kepulauan tersebut harus disambut dengan
antusias sekaligus dengan strategis pencapaian yang maksimal oleh pemerintah
provinsi NTT maupun segenap stakeholder, baik oleh masyarakat nelayan dan
pesisir maupun oleh lembaga-lembaga non
government yang memiliki kepedulian yang tinggi akan wilayah laut di
NTT.
Gambar 2: Berpose di depan patung Soekarno di samping pohon Pancasila (Pohon sukun 5 cabang), Ende, 1 Juni 2017.
Perlu disebutkan bahwa Dari 200.000 km2
wilayah perairan NTT ini, yang baru digunakan menjadi sumber potensi bagi
pendapatan baru mencapai 38%. Pemerintah NTT dibawa kepemimpinan Drs. Frans
Leburaya dalam tahun 2014-2015 memberikan bantuan hiba 185 unit kapal penangkap
ikan kepada para nelayan NTT. Diharapkan dengan bantuan hiba tersebut, maka
potensial perikanan di NTT dapat digunakan secara maksimal.
NTT adalah
Wilayah Potensial Perikanan
Perkembangan perikanan NTT didukung oleh
potensi panjang garis pantai ± 5.700 Km dan luas laut mencapai 15.141.773,10 Ha.
Potensi yang mendukung sektor perikanan adalah Hutan Mangrove seluas ±
51.854,83 Ha (11 Spesies), terumbu karang sebanyak ± 160 jenis dari 17 famili,
42.685 rumah tangga perikanan, 808 Desa/Kelurahan pantai, jumlah 1.105,438 jiwa
penduduk pantai, 194,684 orang nelayan (± 9,9 % dari jumlah Penduduk Desa
Pantai) (BPS, NTT Dalam Angka Tahun 2012). Sumber daya laut sangat potensial
untuk perikanan tangkap dan budidaya dengan arah pengembangan masing-masing
yaitu: Kawasan peruntukkan perikana tangkap, perikana budidaya dan pengolahan
ikan tesebar diseluruh Kabupaten/Kota; pengembangan kawasan minapolitan untuk
perikanan tangkap dan perikanan budidaya di Kabupaten Suba Timur, Sikka,
Lembata, Rote Ndao, Alor, Kota Kupang, dan pengembangan komuditas garam rakyat
di Kabupaten Nagekeo, Ende, Kupang Tengah Utara, Kupang, lembata, dan Alor.
Gambar 3: Orang tua angkat kami selama kegiatan di Ende, Bapak Cosma Ketu sekeluarga.
Kabupaten Flores Timur menyimpan potensi
sumber daya laut yang sangat menjanjikan. Laporan Dinas Kelautan dan Perikanan
(DKP Flotim 2011), 13.215 ton/Tahun. Ikan Cakalang merupakan komoditas andalan
Flores Timur sejak tahun 80-an. Selain potensi budidaya yang telah dikembangkan
di wilayah Flores Timur yakni, Kabupaten Flores Timur: Teluk Konga, Teluk
Lebateta, Selat Solor, Perairan Nayu Baya, Baniona.
konsep Perikanan Menuju esejahteraan
rakyat
Harus diakui bahwa ada dua wilayah
potensial yang menjadi andalan pengeloaan wilayah perikanan yang menjadi
primadona di NTT khususnya dan di Indonesia umumnya berdasarkan sumber dari Dinas
Perikanan dan Kelautan Provinsi NTT & BPS Provinsi NTT dalam tahun 2013. Sumber potensial yang harus diberdayakan
secara maksimal yakni, pertama, potensi
perikanan tangkap berupa potensi lestari (MSY) sumber daya ikan di perairan NTT
mencapai 388.700 Ton/Tahun dengan jumlah tangkap yang diperbolehkan (JTB)
mencapai 292.200 Ton/Tahun, sementara tingkat pemanfaatan baru sekitar 34,97%
JTB. Kedua, luas lahan potensial
untuk budidaya rumput laut seluas 51.870 Ha atau 5% dari garis pantai, dengan
potensi produksi sebesar 250.00 Ton Kering/Tahun. Potensi cukup besar baru
dimanfaatkan tahun 2010 baru seluas 5.205,70 Ha dengan produksi 1,7 Juta Ton
rumput laut basah. Potensi lahan untuk perikanan budidaya air payau seluas
35,455 Ha baru dimanfaatkan sekitar 1.039,80 Ha pada tahun 2012, dan budidaya
air tawar yang meliputi kolam air tawar seluas8,375 Ha dengan tingkat
pemanfaatan baru mencapai 1.521,00 Ha.
Jika memperhatikan sebaran wilayah
potensial yang belum maksimal digunakan dalam menyokong pembangunan di Flores
Timur pada khususnya dan NTT pada umumnya, maka ada tiga strategi yang harus
diperhatikan oleh pemerintah Propinsi NTT di bidang perikanan, yakni. Pertama, untuk meningkatkan luas lahan
budidaya produksi rumput laut dilaksanakan secara intensif dengan melibatkan
masyarakat dan swasta. Strategi ini untuk menciptakan jalur perdagangan yang
progresif sesuai dengan tingkat kebutuhan pasar terhadap komoditi hasil
budidaya rumput laut. Kedua, meningkatkan sarana dan prasana perikanan tangkap
dengan memperhatikan secara simultan progress dari piramida simbiosis antara
penyediaan sarana dengan potensi pendukung proses penangkapan sampai dengan
wilayah pemasaran. Hasil survey WWF-Indonesia di Flotim Februari tahun
2013, ditemukan bahwa jumlah armada bertambah dan berbanding terbalik dengan
kesediaan ikan umpan. Armada Pole and Line mencapai 70 buah dan purse
seine mencapai 68 armada. Laju perkembangan armada penangkapan ini sangat
tidak diimbangin dengan ketersediaan ikan umpan (data DKP Flotim 2012).
Laju penambahan armada penangkapan ikan
Laut di NTT harus diakui cukup signifikan untuk setiap wilayah kabupaten. Jika
diperkirakan dengan angka minimal 50 buah armada bantuan hiba, maka jumlah
jumlah armada laut bantuan pemerintah diperkirakan mencapai 1.500 buah kapal
dan titambah dengan 500 buah kapal rakyat maka jumlah armada tangkapan di
perairan NTT NTT berkisar sekitar dua ribuh armada laut yang beroperasi di
perairan NTT. Lantas pertanyaan menyentak kepada kita adalah jika penambahan
armada begitu fantastis, tetapi angka laju pendapatan dan eksplorasi kita masih
dibawah 50 %? Apa yang salah dalam pengelolaan? Perlukah dievaluasi kembali
sistim pemberian bantuan sejak dari hilir sampai ke hulu? Sejak dari sistim
identifikasi kelompok, penentuan prioritas, sampai kepada kebijakan? Inilah
pekerjaan rumah (PR) kita bersama untuk mulai menyadari segenap potensi dan
segenap pendistibusian bantuan dan kebijakan untuk sampai kepada titik
mencapaian kesejahteraan rakyat di pesisir NTT
Solusi menuju
kesejahteraan Rakyat Pesisir
Untuk menjembatani antara segenap
potensi dan masalah di wilayah perikanan di NTT, maka pemerintah sebagai ujung
tombak pemberdayaan masyarakat nelayan perlu memperhatikan empat hal.
Pertama,
pemerintah
propinsi NTT harus dengan tegas bersama kelima pemerintah propinsi kepulauan
yang lain agar berjuang dengan sungguh-sungguh untuk mendapatkan kesejahteraan
sebagai kewajiban Negara untuk mensejahterakan rakyat sebagaimana amanat UUD
1945. Hal itu harus dibuktikan dengan amandemen UU sebagai bentuk perlakuan
khusus berdasarkan dana DAK dan DAU mencapai 75 %. Dengan demikian NTT dan 5
propinsi kepulauan lainnya bisa keluar dari dominasi zona continental, hanya berdasarkan luas daratan dan jumlah penduduk.
gambar 6: Bersama ibu Helen Carvallo di depan rumahnya. Ibu Helen yang mengatur penginapan kontingen Flores Timur selama di Ende.
Gambar 7: Suasana pembukaan Final Sayembara Ayo Bangun NTT di Aula Gadi Djou, Universitas Flores Ende.dengan mengusung Tema Besar PANCASILA RUMAH KITA yang diikuti oleg 22 kabupaten/kota. Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh Bupati Ende Ir. Marselinus Petu.
kedua, mengembangkan
wilayah potensial kelautan dengan menyediakan sarana pendukung secara terus
menerus dengan menggunakan anggaran pendamping dan fasilitas penyokong seluruh
lingkaran tangkapan nelayan. Pemerintah tidak hanya menyediakan armada tangkap,
melainkan juga menyiapkan armada pendukung pole
and line yakni komunitas nelayan penyedia ikan umpan.
ketiga, menghentikan program
pemberian bantuan dengan sistim pembagian fasilitas nelayan berdasarkan
pemetaan politik. Melainkan memperhatikan tingkat kebutuhan riil masyarakat
nelayan. Memberikan bantuan kepada kelompok nelayan berdasarkan sistim politik
perkoncoan akan makin menenggelamkan mimpi kita bersama dan terus menambah catatan
buram perikanan di Indonesia. Karena begitu banyak kapal akan tinggal di area parkir
di pesisir pantai atau menjadi alat untuk menjadi sistim sewa kepada pihak
ketiga untuk keuntungan sampingan. Sebab pemilik kapal bukan nelayan sejati
melainkan nelayan gadungan yang dibentuk berdasarkan kepentingan sesaat alias
perselingkuhan kekuasaan, tim suskses, dan pemilik modal yang telah mensuplay
dana segar diperhelatan politik kekuasaan sempit.
Keempat, perlu
perombakan mentalitas sistem pemberian bantuan hiba berdasarkan peruntukkan
bantuan. Adanya data yang tidak seimbang antara besarnya armada di perairan NTT
dan minimnya pendapatan dari sub sektor kelautan di NTT memberikan awasan
kepada para pihak, untuk mewaspadai sekaligus lampu kuning untuk orientasi dan
motif dalam kebijakan tersebut. Perlu adanya perombakan mentalitas dari sistim
kebijakan sejak dari hilir sampai ke hulu.
Oleh karena marilah kita membangun
spirit untuk mengembangkan wilayah perikanan kita dengan semboyan terus
membangun dan terus bekerja. Berjuang untuk NTT berjuang dengan baik dan benar
sesuai tuntutan janji kemerdekaan Negara ini: mensejahterakan, melindungi, dan
mencerdaskan segenap rakyat dan tumpah darah Indonesia. Mencintai NTT hari hari
adalah mencintai Indonesia. Bentangan bahari yang luar biasa di hadapan kita
belum sebanding dengan cara kita mengelola segenap potensial baik di Indonesia,
NTT, maupun di Indonesia.
Mari kita mencintai Indonesia dengan
mencintai pantai dan laut kita. Dirgahayu Pancasila!
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus